Cerewet

592 76 4
                                    

Aku gaminta banyak, aku cuman minta vote dan komen dari kalian.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Beberapa hari telah berlalu. Setelah PORSENI selesai, yayasan perguruan Afla Star mengadakan ujian MID semester. Ujian itu sudah berjalan hampir seminggu. Dan ya, kelas Reina berhasil merebut posisi pertama dalam kegiatan PORSENI beberapa hari lalu, perkataan Reina terbukti.

Hampir semua kompetisi, mereka meraih posisi pertama, mereka pantas mendapatkan kemenangan. Tidak ada lagi yang berani merendahkan kelas 10 RPL 1, mereka berhasil membuktikan bahwa mereka bisa. Bahkan banyak orang yang tadinya benci, malah berbalik menyukai, terutama Reina.

Banyak orang benci kepada 10 RPL 1 karena orang-orang itu mengira, 10 RPL 1 berisi anak-anak biasa. Anak yang hanya mengandalkan beasiswa. Padahal nyatanya tidak, mereka sama seperti kebanyakan murid Afla Star, hanya penampilan mereka yang terlihat tidak mencolok.

Apalagi guru yang masuk di kelas itu, adalah guru yang disukai banyak siswa. Bagaimana mereka tidak dibenci, karena banyak yang iri.

Beberapa hari juga, keluarga Reina menunjukkan perubahan yang besar. Terutama para saudara Reina, seperti sekarang.

"Bagaimana ujianmu?" tanya Mahardika pada Reina. Tapi Reina tetap diam menikmati makanannya, dia belum sadar kalau dirinya ditanya ayahnya.

Sampai beberapa detik kemudian, Reina tetap diam. "Rein, Papa ngomong sama kamu itu," tegur Salsabila pada Reina yang masih asik dengan makanannya sambil memainkan ponsel.

"Ha? Oh, Papa ngomong sama aku?" Reina menunjuk dirinya sendiri. "Papa tadi ngomong apa?" tanya Reina balik.

"Bagaimana ujian kamu?" tanya Mahardika lagi.

Reina terdiam sejenak, sambil membalas pesan yang dikirimkan temannya. "Oh, itu. lancar kok." Jawab Reina tapi matanya tetap fokus ke ponsel.

Mahardika mengangguk. Beberapa detik kemudian Reina menatap ayahnya. "Tumben nanya-nanya. Rein kira ngomong sama Kak Zee tadi." Reina memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Yaudah, Rein mau ke kamar ya."

"Habiskan makananmu." Alden mencegah Reina yang hendak pergi ke kamar, tanpa menghabiskan makan malamnya.

"Males makan, Rein mau main game." Reina sudah tidak ingin makan, hari ini nafsu makannya berkurang.

"Habiskan, atau Abang sita hape kamu. Pilih mana?" Alden memberikan ancaman, Reina berdecak malas.

"Rein gak mau loh, Abang." Reina tetap ingin kembali ke kamarnya.

"Reina Aflastar!" Akhirnya Alden meninggikan suaranya, membuat Reina mau tidak mau kembali duduk ke meja makan.

"Oke!" Karena malas berdebat lagi, Reina menghabiskan makanannya dengan wajah cemberut. Kianzee yang berada di sampingnya terkekeh kecil.

"Jangan cemberut gitu dong." Kianzee mencubit pipi Reina gemas.

"Awas." Reina menepis tangan Kianzee. "Kayaknya di rumah ada hantu. Masa kalian berubah jadi perhatian gini. Pasti kerasukan ini, biar Rein cari hantunya nanti." Reina menatap Kianzee.

Semuanya tertegun, apa benar mereka sangat keterlaluan sehingga terlalu mengabaikan anak itu? Mungkin sudah saatnya mereka untuk memperbaiki diri.
.
.
.

"Itu adekmu Han?" Salah satu teman Zehan yang bernama Zikri melihat Reina berjalan di koridor sekolah. "Cantik kali ya, walaupun kek gak niat sekolah gitu," ucap Zikri.

"Haha, lucu kali adekmu Han. Gemesin gitu, pengen ku gebet kan jadinya," ucap teman Zehan yang lain, namanya Ali.

Penampilan Reina memang sedikit berantakan hari ini, padahal hari terakhir ujian MID. Dasi diikat asal-asalan, kancing kemeja terbuka dua biji, untung saja Reina memakai baju dalaman kaos. Tidak pakai tali pinggang, dan baju dimasukkan ke rok sekolah hanya separuh. Benar-benar tidak niat sekolah.

"Mana?" tanya Zehan.

"Itu," tunjuk Zikri pada Reina.

"Yaampun." Zehan menepok jidat, ketika dia ingin menghampiri tapi Fadly sudah menghampiri Reina duluan. Zehan tetap menghampiri Reina. Dari arah lain, Kianzee juga ingin menghampiri Reina.

Di tempat Reina.

"YA ALLAH ADEEK. Kenapa kayak abis kenak badai gini!" teriak Fadly sambil merapikan penampilan Reina yang berantakan.

"Iiih, Rein males sekolah, Abang." Wajah Rein cemberut. "Tapi ini ujian MID terakhir," lanjutnya. Fadly hanya bisa menghela nafas.

Mata Fadly menangkap kedatangan Zehan dan Kianzee. "Ha, itu Abang sama Kakakmu," tunjuk Fadly pada Zehan dan Kianzee. "Hayo, kenak marah lah kau."

"Han, Zee. Tengok nih Adek kelen, gak niat sekolah katanya," adu Fadly pada kedua saudara Reina. Reina berdecih malas.

"Dasar pengadu," ucap Reina sinis.

"Kenapa? Gak mau sekolah lagi? Apa mau homeschooling? Biar Abang bilang ke Papa sama Bang Al. Mau?" ucap Zehan sedikit membungkuk menyamakan tingginya dengan Reina.

"Gak mau! Enak aja, Rein masih mau sekolah, cuman hari ini lagi males aja. " Reina berkata jujur. "Hari ini ada event PUBG. Rein gak mau ketinggalan." Para Saudaranya tertawa kecil mendengarnya.

Kianzee mencubit pipi Reina gemas. "Game aja tros, itu komisan kamu gak kamu selesain? Awas nanti klien marah loh," ucap Kianzee.

"Lagi tutup kok," ucap Reina enteng.

"Jangan game aja kamu. Nanti Kakak aduin ke Bang Alden, biar hape kamu disita," ancam Kianzee. Reina menatap datar kakaknya.

"Janganlah, jahat banget. Gak kawan nanti kita." Reina melanjutkan jalannya menuju kelas, para saudaranya mengikuti dari belakang.

Sudah jelas mereka berempat menjadi pusat perhatian. Gayanya saja sudah seperti pangeran dan putri dari negri dongeng, hanya saja yang ini versi modern.

Pandangan murid-murid tidak lepas dari mereka berempat. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Suatu hal yang langka, anak-anak Aflastar dan anak Bratasena berjalan beriringan, walaupun belum ada yang tau kalau Reina juga bagian dari Aflastar.

"Nanti istirahat jangan makan makanan sembarangan."

"Jangan banyak minum es, jangan makan saos."

"Jangan sampek gak makan, jangan-"

"Iya bawel! Udah sana balik ke habitat masing-masing." Reina mengusir para saudaranya.

"Denger kan?" Zehan menatap datar Reina.

"Iya denger. Dikira Rein pekak apa." Reina menatap balik Zehan dengan datar, lalu dia mendorong Zehan agar keluar dari kelasnya.

"Satu lagi, jangan banyak minum kopi. Gabaik buat kamu." Zehan memperingatkan lagi.

"Iya Abangku yang ganteng. Sekarang pergi," ucap Reina kesal. Entah kenapa mereka mendadak cerewet begini, setelah bertahun-tahun lamanya?

Para saudaranya akhirnya pergi dari kelas Reina. Reina menghela nafas, lalu dia menuju tempat duduknya.

Keysa terkekeh melihat Reina yang kesal. "Tumben saudaramu cerewet gitu. Baru kali ini loh kami liat mereka kayak gitu. Biasanya aja dingin banget, apalagi Kakakmu," jelas Keysa.

"Udah dari kemaren-kemaren. Gatau entah kesambet apa, jadi takut aku." Reina menelungkupkan kepalanya ke meja.

"Really?" tanya Rasi tak percaya.

"Iya, cak kelen tanyak dukun. Takutnya kerasukan tuh mereka, mana taukan." Reina menatap Rasi dan Keysa.

"Mana taukan mereka udah sadar kalok punya adek kayak kau. Pasti tekanan batin mereka, punya adek modelan kek gini." Rana mendekat ke arah meja Reina.

"Kepala kau. Yang ada aku yang tekanan batin." Reina menatap Rana.

"Baguslah." Rana tersenyum.

"Bangke."

Bersambung~~

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang