"OM ATA?""Iya Reina yang manis. Dasar anak nakal, bisa-bisanya kamu melupakan pengawal setiamu ini?" Dewata menatap Reina sinis.
Reina tidak mengucapkan apapun, dia mendekati Dewata dan menghambur memeluk Dewata erat. Dewata juga membalas perkataan itu tak kalah erat, Alea hanya bisa melihat adegan dramatis itu.
Lalu Reina melepaskan pelukannya. "Pantes pas Rein balik dari Amerika, kok kayak ada yang kurang. Tapi Rein gak inget, rupanya Om yang pergi," jelas Reina.
"Iya, setelah beberapa hari kamu di Amerika, saya dipindahkan tugas ke luar kota untuk mengurus masalah di sana. Lalu saya kembali ke Medan, untuk menjadi kepala sekolah di sini." Dewata menjelaskan kepada Reina.
"Ooh." Reina mengangguk paham. "By the way, everyday, busway. Om manggil kami berdua ke sini, mau ngapain?" tanya Reina.
"Oh itu, saya mau nunjuk kalian buat jadi guru eskul bela diri di sekolah ini," ucap Dewata santai. Reina dan Alea melongo dibuatnya.
"WHAT! GURU? Kenapa harus kami berdua Pak? Saya gak mau lah Pak." Alea protes dengan wajah kesal. Apalagi si pemalas Reina, sudah pasti juga tidak mau.
"Sementara aja loh, nanti klo udah dapet gurunya, kalian bisa berhenti. Lagian juga digaji kok, dua juta perbulan, masa gamau?" Wajah Dewata terlihat memohon, Reina menatapnya dengan pandangan jijik.
"Gak semiskin itu lah aku, Om," ucap Reina sinis.
"Iya, uang jajan dikasih Bapakku lebih banyak Pak," ucap Alea.
"Iyalah yang anak orkay. Kalo gitu gini aja, kalian tetap digaji dan nilai kalian selalu aman." Dewata memberikan tawaran, Reina dan Alea saling melirik seakan melakukan telepati.
"Menarik," ucap Reina dan Alea.
"Berarti kalok kami gak ngerjain tugas pun, nilai tetep aman?" tanya Reina, Dewata mengangguk.
Dewata menjulurkan tangannya. "Deal?"
Reina dan Alea saling pandang, lalu menganggukkan kepala. "DEAL!" Mereka membalas uluran tangan Dewata.
"Oke, kalau begitu sekarang kita temui calon murid-murid kalian. Mereka sudah menunggu di ruang ekskul bela diri," ucap Dewata memberitahu.
"Cepet banget, berarti kami langsung ngelatih gitu?" tanya Reina sedikit terkejut.
"Iya."
Perkataan itu membuat Alea tersenyum licik. "Berarti hukumannya gausah dijalanin dong ya," ucap Alea semangat. Reina sontak menatap Alea, dia juga ikut tersenyum.
"Curang kalian ya." Dewata menatap Reina dan Alea sinis. "Yaudahlah gausah, nanti saya bilang ke Pak Adi. Hukuman kalian dibatalkan," ucapnya membuat senyum Reina dan Alea mengembang.
"YESS!"
"Yaudah, ikutin saya." Dewata berjalan mendahului Reina dan Alea. Reina dan Alea mengikuti dari belakang.
.
.
."Oke anak-anak. Jadi mereka berdua yang akan menjadi guru pelatih kalian untuk ekskul bela diri. Kalian adalah tanggung jawab mereka. Jadi kalo ada apa-apa, bisa minta tolong ke mereka berdua." Dewata memperkenalkan Reina dan Alea di depan puluhan murid ekskul bela diri.
Rata-rata murid-murid itu anak kelas 10, ada juga yang masih SMP. Reina menatap semua calon yang akan dilatihnya dengan tatapan datar, membuat beberapa orang merinding.
Beberapa ada yang malah menatap kagum ke arah Reina, beberapa dari mereka adalah fans berat Reina. Bagi mereka, Reina terlihat berkharisma, walaupun tatapannya tidak ada ekspresi sama sekali.
"Oke, kalian berdua silahkan perkenalkan diri." Dewata mempersilahkan Reina dan Alea untuk maju memperkenalkan diri masing-masing."Perkenalkan nama saya Alea, panggil saja Ale atau Lea. Terserah kalian lah nyamannya gimana, salam kenal." Alea memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
"Oh ya, saya masih kelas sepuluh. Biar sopan aja nanti manggilnya," lanjut Alea lagi.
Lalu giliran Reina yang memperkenalkan diri. "Saya Reina, panggil saja Rein. Satu kelas sama Ale," ucap Reina memperkenalkan diri dengan singkat.
"UDAH KENAL," ucap murid-murid itu serempak.
"Alah, spek spek aja. Kek gatau asam basa kalian. Eh basa basa." Reina mulai berkata tidak jelas.
"Basa basi kali Rein. Memang kau terkadang gini, pinternya di luar nalar manusia normal. Saking pintarnya, pengen ku buang ke sunge." Alea ingin sekali menggeplak kepala Reina yang kelewat pintar.
"Oke, gausah dianggep serius dua anak ini ya? Agak geser memang otaknya, yang penting kalian udah tau siapa mereka. Kalau begitu saya pergi. Mulai sekarang, mereka yang menangani kalian," jelas Dewata. Lalu dia pergi meninggalkan ruangan itu.
Setelah Dewata pergi, keadaan hening. Reina melihat jam di tangannya, lalu tatapannya mengarah ke semua muridnya. Dia menatap wajah mereka semua dengan ekspresi sangat datar.
Reina mengedarkan pandangannya, berusaha mengingat wajah-wajah mereja. "Hm." Reina berdehem pelan sembari mengangguk.
"Gausah tegang gitu lah mukak kelen. Kek sesak berak kelen, bah. Santai aja, kita gak gigit kok," ucap Reina berusaha mencairkan suasana yang terasa tegang.
"Iya loh, we. Takut kali keknya kelen kami makan," timpal Alea.
"Jadi ... kita mulai sekarang apa gimana? Apa kenalan dulu aja?" tanya Reina, dia melirik kursi di dekatnya dan duduk di kursi itu.
Diam, semuanya tidak ada yang bersuara. Mereka hanya saling melirik satu sama lain, Reina menaikkan alisnya bingung.
"Hei, kenapa diam saja?" tanya Reina, dia terkekeh kecil menatap mereka. Alea hanya bisa menahan tawanya.
"Takut kali orang itu Rein, mukak kau pun datar kali." Alea menepuk bahu Reina. "Tenang aja, temen aku gak akan makan kelen. Tapi kalo bikin darah tinggi iya, paling jago dia kalo bikin orang kesel," jelas Alea.
"Bacot aja Le." Reina mendelik tak suka.
"Emm itu, kami bukannya takut. Tapi ... GAK NYANGKA AJA WOI! KAKAK CANTIK YANG JADI GURUNYA!" teriak salah satu siswa SMP sembari menatap Reina berbinar.
"Iya woi! Idola satu sekolah ada di sini? Wah, lucky setahun udah kepake nih." Siswi kelas 10 pun terlihat sangat senang.
"Haha, idola? Memangnya saya ini idola kalian?" Reina merasa lucu dengan mereka. Memangnya dirinya pantas dijadikan idola? Begitu pikir Reina.
"Ya iyalah, kau pinter, cantik, lucu lagi. Siapa cobak yang gak ngefans? Jadi pacar Abang aja yok, Dek," ucap Siswa kelas 11.
"Hahaha, Rein. Banyak jugak fans kau, aku termasuk sih." Alea tiba-tiba merasa gemas dan memeluk Reina dengan erat.
"Sesak bodoh! Lepas bangke." Reina berusaha melepaskan pelukan Alea.
"Sudah, gausah banyak bacot. Perkenalkan diri kalian masing-masing," perintah Reina mutlak.
Mereka semua dengan semangat memperkenalkan diri masing-masing. Ada yang mempekenalkan diri dengan centil, sok cool, sok ganteng, sok imut dan lain-lain.
Reina dan Alea menggeleng-gelengkan kepala dengan keantusiasan mereka. Mungkin saja ekskul bela diri ini akan menyenangkan, karena sifat mereka yang beragam.
Murid-murid itu juga senang karena Reina yang menjadi guru pelatih mereka, karena Reina idola mereka.
Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Teen FictionFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...