Reina sedang berada di tribun penonton bersama teman-temannya yang lain, mereka sedang menonton pertandingan futsal 10 RPL 1 melawan 10 RPL 3.Terlihat jelas Bintang dan teman-temannya saling menendang dan mengoper bola untung meraih score. Bintang dan teman-temannya sudah terlihat sangat kewalahan, tapi mereka tidak ingin menyerah. Reina menonton dengan tenang sambil membawa satu bungkus chitato.
Tim Bintang kalah dengan tim musuh, mereka ketinggalan 3 score, padahal waktu tinggal 5 menit lagi. Sepertinya semangat mereka telah turun.
Priit.
Peluit dibunyikan tanda ronde pertama telah selesai, ada waktu 10 menit untuk beristirahat. Bintang dan teman-temannya mendekati Reina dan yang lainnya dengan wajah lesu.
"Nih minum." Reina melemparkan 5 botol air mineral kepada mereka. Itu bukan Reina yang membelinya, dan Reina tidak ada niatan sebenarnya memberikan mereka minum.
"Tumben baek Rein? Kesambet apa kau?" tanya Arjun ketika selesai minum.
"Bukan buat kelen si sebenarnya. Tadi itu Abang-Abang sama Adek kelas ngasih aku minum, entah untuk apa, padahal aku gak olahraga. Karena kebanyakan, yaudah aku kasih kelen aja." Reina menjelaskan dengan tatapan malas.
"WOOO, PANTES!" Teriak Bintang dkk, mereka menatap datar Reina. "Mangkanya gak percaya aku kau ngasihnya memang inisiatif," lanjut Bintang.
"Yang nyuruh kau percaya siapa?" tanya Reina sambil menaikkan alisnya, membuat Bintang mengelus dada sabar. Setelah itu Reina menyesap kopi botolnya yang sudah sisa sedikit.
"Dah lah." Arjun mendadak kesal. Lalu keadaan hening.
"Lemah kali kelen." Reina tiba-tiba saja berbicara sambil menatap ke depan. setelah beberapa saat hening.
"Siapa?" tanya Sanju.
"Kelen, masa gitu aja kalah. Udah latihan pun berhari-hari," ucap Reina lagi, membuat yang lainnya mengerti.
Bintang, Sanju, Arjun, Randa dan Rendi menunduk. Mereka merasa tidak berguna dan lemah karena kalah di ronde futsal tadi, sampai keinginan untuk menang sudah tidak ada lagi.
"Maaf we, kami kayaknya gak bisa menang," ucap Randa lesu. "Mereka hebat mainnya, kami gak ada apa-apanya," lanjutnya.
"Gak papa, kalah pun kita gak marah kok. Yang penting kelen udah berusaha. Ayo semangat." Alea berusaha menyemangati.
"Masih ada satu ronde, masa nyerah gitu aja. Inget, kelen udah ngeluangin waktu buat latihan, jangan disia-siain gitu aja. Bungkam dong mulut mereka yang ngatain kelas kita gak ada apa-apanya." Reina menatap teman-temannya satu-satu, dia berusaha memberikan kalimat penyemangat ya walaupun caranya sedikit salah.
"Kalo aku jadi kelen, gak kasih ampun lah." Reina kembali bersender pada tempat duduknya. Lalu di mengeluarkan 5 permen kopi dari kantongnya, memberikannya kepada Bintang dan timnya.
"Katanya ... permen bisa ngembaliin semangat," ucap Reina, membuat semuanya tersenyum.
"Haha, Ngaco. emang ada?" Ridho tertawa kecil.
"Ada, aku baca di artikel," ucap Reina.
"Artikel abal-abal pasti."
"Haha, iya kali. Tapi aku percaya."
"Gampang banget sih? Percaya gituan, haha. Penulis gadungan itu."
"Biarin aja, kasihan dia nyari cuan. Walaupun cara nipu."
"Iya, kau yang ketipu."
"HAHAHAHA."
Mereka semua tertawa hanya karena obrolan receh itu, sebut saja humor mereka receh. Hal kecil beginipun bisa membuat mereka tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Fiksi RemajaFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...