Dramatis

596 83 0
                                    

Karena hari ini aku ultah, aku mau double update hari ini. Seneng gak? Seneng lah.

Gak ada kah? Yang mau ngucapin selamat ulang tahun buat aku?><

Maaf kalau banyak typo atau ada kata yang tidak jelas, karena aku ngetiknya kecepetan.

Tambahkan cerita ini ke daftar baca kalian yuk. Biar kalo aku update, kalian bisa tau.

Oke happy reading.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ini adalah hari terakhir kegiatan PORSENI diadakan di sekolahnya. Kelas Reina mendapatkan hasil yang sangat baik, berkat bimbingan yang Reina ajarkan walau caranya salah.

Reina dan Alea juga sudah berhasil memenangkan cerdas cermat, itu karena Kianzee dengan sengaja tidak menjawab pertanyaan ketika melihat adiknya menjadi lawannya. Guru-guru sampai bingung, ada apa dengan Kianzee? Murid terpintar di SMK Afla Star tidak bisa menjawab satu pertanyaan pun?

Saat ini Reina sedang menonton pertunjukan drama sebagai kegiatan terakhir PORSENI di sekolahnya. Saat ini teman-teman Reina yang sedang bermain drama.

"Aku itu cemburu Salma!Kamu ngerti gak sih! Kamu gak bisa kayak gini dong!" Said berteriak marah membuat Salma juga ikut marah.

Salma menatap Said tidak percaya. "Aku juga cemburu, Said! Kamu selalu meminta aku untuk ngertiin kamu, tapi kamu gak pernah ngertiin aku! Kamu udah gila kah? " Salma berucap lirih, Said tertegun.

"Aku sayang kamu, Salma."

"Kamu gak pernah sayang sama aku, kamu cuman sayang sama Rina Rina dan Rina! Aku capek ...." Salma menunduk seolah-olah menangis.

"Sebaiknya kita akhiri-"

"NGGAK!" Said langsung memotong perkataan Salma dengan bentakan.

Said semakin mendekati Salma dengan langkah perlahan-lahan, tatapannya sangat dingin membuat Salma ketakutan. Salma juga memundurkan langkahnya secara perlahan-lahan.

"A-apa maumu?" ucap Salma takut-takut. "Ja-jangan mendekat." Dia mencoba mendekati Said yang semakin dekat.

Setelah itu Salma tidak bisa mundur lagi karena sudah mentok ke dinding. Akhirnya dia berhenti karena sudah terjebak. Said menahan Salma dengan tangannya berada di samping kanan dan kiri Salma.

"Kau tidak akan bisa mengakhiri hubungan kita. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, jangan berani untuk meninggalkanku, sayang," ucap Said dengan suara berat.

"Ka-kamu gila." Salma tergagap.

"Aku akan melakukan segala cara agar kamu tetap berada di sisiku, walaupun itu dengan cara yang gak pernah kamu bayangkan. Jadi, jangan coba-coba pergi." Suara itu terdengar begitu dingin, bukan seperti Said seperti biasanya. Mungkin saja dia terlalu mendalami.

Tatapan yang tadinya dingin berubah menjadi tatapan lembut. Said memeluk Salma erat. "Karena aku mencintaimu. Cuman kamu yang berhasil membuatku segila ini karena mencintai seseorang."

Salma mematung mendengar perkataan itu, kata-kata yang begitu tulus. "Kita mulai semuanya dari awal ya? Hm. Kali ini aku tidak akan mendekati Rina lagi, aku janji."

Salma tersenyum mendengarnya, dia mengelus kepala Said. "Iya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," ucapnya dan drama pun berakhir.

Prok prok prok.

Tepuk tangan bergema di seluruh penjuru sekolah, drama yang sangat perfek. Mereka melakukannya dengan begitu baik.

"Wah, drama yang sangat dramatis. Saya menyukainya." Salah satu juri berdiri dan menatap Said dan Salma kagum. "Kalian semua melakukannya begitu baik, serasa dunia milik berempat." Juri itu terus  saja memuji.

"Terima kasih Pak," ucap Said mewakili.

"Sudah saya pastikan, kalian yang menang, tidak ada peserta yang lebih baik dari kalian." Salah satu juri perempuan memperlihatkan nilai yang dia berikan.

Tanpa basa-basi, kepala sekolah memberikan piala sebagai tanda kemenangan. Ya, piala itu langsung diberikan di tempat.

"Bagaimana kalian melakukannya? Itu sangat hebat," tanya juri laki-laki. Said dan teman-temannya hanya bisa tersenyum.

"Itu karena salah satu teman kami bilang begini "Kali ini aja, buang sisi kemanusiaan kelen. Anggep aja orang itu bukan manusia, aktinglah seolah-seolah bumi cuman milik kelen berempat" begitu." Salma meniru gaya bicara Reina yang kelewat ngawur.

"Udah itu dia bilang gini Pak "Manusia cuman ilusi" katanya. Yaudahlah kami ikutin saran konyol itu." Arjun juga mengikuti gaya bicara Reina.

"Hahaha."

Orang-orang yang mendengar penjelasan itu sontak tertawa. Saran konyol macam apa itu, ajaib sekali yang memberi saran.

"Hahaha, siapa yang ngomong kayak gitu? Mana orangnya?" tanya sang kepala sekolah penasaran. Arjun menunjuk kepada Reina yang duduk di salah satu kursi penonton, Reina sedang tidur bersender di bahu Rasi.

"Tengok tuh Pak, enak pulak dia tidur." Said menatap Reina datar. Ternyata sedari tadi Reina hanya tertidur, berarti dia tidak menonton pertunjukan mereka.

"Ajaib ya, temen kalian itu?" Juri perempuan ikut melihat Reina.

"Iya Buk, saking ajaibnya, pengen kami buang ke Amazon. Bikin darah tinggi tiap hari," ucap Rina. "Kok bisa ya, saya punya temen kayak dia," lanjutnya.

Reina masih saja belum sadar kalau sudah menjadi pusat perhatian, tidurnya sangat pulas. Rasi hanya bisa menepok jidatnya sendiri.

"Rein, bangun woi!" Rasi menggerak-gerakkan bahunya.

"Berisik, aku masih ngantuk," ucap Reina dengan suara parau. Reina tetap tidak mau membuka matanya.

"Dramanya udah selesai, goblok." Akhirnya Rasi kembali kesal dibuat Reina, dia berusaha menegakkan teman laknatnya itu.

"Oh."

Reina akhirnya membuka matanya, dia belum sadar kalau banyak yang menperhatikannya. Reina mengedarkan pandangan dan matanya tertuju pada Fadly, di sebelah Fadly ada Zehan.

Reina menatap Fadly dengan mata sayu, Fadly langsung paham. Dia beranjak dari duduknya dan mendekati Reina. "Keluar sifat manjanya," batin Fadly.

"Ngapain?" tanya Zehan pada Fadly yang belum jauh.

"Adekmu minta digendong, sekalian mau pulang aja. Lagian udah selesai," ucap Fadly tanpa menoleh.

"Biar aku aja." Dengan cepat Zehan mendahului Fadly untuk mendekati Reina. Fadly hanya membiarkannya saja, biarkan Zehan menjadi abang untuk Reina kali ini.

"Ayo pulang." Zehan menarik tangan Reina.

"Gendong~~" Reina berucap manja, ekspresi wajahnya sangat menggemaskan. Zehan mau tak tau harus menggendong Reina. Dia berjongkok di depan adiknya.

"Naik."

Reina dengan sigap naik ke punggung Zehan, dia memeluk leher Zehan agar tidak jatuh.

Seluruh penghuni sekolah melongo melihat itu, kecuali teman-teman Reina. Apa hubungan Reina dengan anak Aflastar itu? Apakah mereka bersaudara? Atau berpacaran?

"Tumben Bang Zehan deketin Reina. Biasanya juga Bang Fadly," ucap Sanju heran.

"Mungkin dia mau menjadi Abang yang baik? Kak Kianzee juga udah begitu, semalem dia ngalah kan sama Adiknya," ucap Lani menebak.

"Ya gapapa lah, bagus itu kalau Rein dekat sama saudaranya. Masa iya, dia lebih dekat sama saudara sepupu ketimbang sama saudara kandung." Randa menatap kepergian Reina dan Zehan, disusul Fadly dan Kianzee di belakangnya.

Sepertinya saudara Reina sudah mulai memperhatikan adik mereka. Mereka sudah mulai sadar kalau Reina juga butuh perhatian dari mereka, selama ini mereka hanya memperhatikan Salsabila bukan Reina.

Fadly semakin dekat dengan Reina, dia tidak pernah memberikan kasih sayang berbeda pada Salsabila ataupun Reina. Baginya, dua-duanya sama-sama adiknya yang harus dia jaga.

Fadly juga berharap, semoga saudara Reina juga memperlakukan Reina seperti seharusnya. Sudah cukup Reina yang mengalah selama ini, dia juga butuh kasih sayang.

Bersambung~~

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang