Menyelamatkan Teman

468 55 0
                                    


Ting.

Ponsel Reina berbunyi, menandakan panggilan masuk. Reina sedang menunggu Fadlan di depan kelasnya, Fadlan sedang ada kelas tambahan. Reina tidak mau kalau sampai dihukum Fadlan lagi.

Unknown: sent a photo.

Unknown: Salah satu temanmu bersama saya. Datang ke alamat ini, kalau mau temanmu selamat. Kau peduli kan pada temanmu? Maka dari itu selamatkanlah dia.

Read.

Reina membaca pesan itu. Setelah membacanya, amarahnya memuncak juga khawatir. "Sialan!" maki Reina pada si pengirim pesan.

"Dasar pengecut!"

Tanpa basa-basi, Reina bergegas pergi ke alamat yang dikirim orang asing itu. Dia memilih naik becak mesin yang kebetulan lewat. Reina sudah tidak peduli lagi kalau nanti akan dihukum Fadly, yang penting temannya selamat dulu.

Sampailah Reina di sebuah club malam terbesar di daerahnya. Reina memandang nyalang tempat laknat itu. Seumur-umur belum pernah dia menginjakkan kakinya ke tempat seperti itu.

"Neng, mau ngapain ke sini? Tempat ginian bahaya loh." Tukang becak itu memperingatkan Reina. Reina menatap tukang becak itu dengan senyuman.

"Ada seseorang yang sedang dalam bahaya di dalam sama Pak," ucap Reina.

"Tapi hal itu juga akan membahayakan dirimu juga nantinya. Pikirkan dirimu sendiri." Tukang becak itu memberikan nasihat.

"Tak apa. Kalaupun nanti saya kenapa-napa, setidaknya di detik-detik terakhir, saya masih  berbuat baik untuk orang lain." Reina berucap lirih.

Tukang becak itu tertegun, lalu dia menatap Reina dengan senyuman hangat. "Kamu memang anak yang baik. Belum pernah saya bertemu orang sepertimu," ucap tukang becak itu. Reina hanya menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati ya kamu." Pamitnya, lalu dia pergi meninggalkan Reina.

Reina berjalan masuk ke dalam club itu. Dia bernafas lewat mulut, agar tidak tercium bau rokok dan alkohol. Tempat itu sangat ramai, Reina mencari keberadaan temannya, tapi Reina tidak tau dimana.

Ting.

Satu pesan masuk lagi ke ponsel Reina. Reina langsung membaca pesan itu.

Unknown : Carilah di lantai dua, temanmu ada di sekitar sana.

Setelah membacanya, Reina langsung bergegas menuju lantai dua. Lantai dua ini banyak sekali kamar-kamar yang tersedia. Reina terus mencari tempat yang dimaksud. Lalu Reina menemukan lorong yang sangat sepi dengan lampu remang-remang. Reina masuk menelusuri lorong itu.

Sepi, benar-benar sangat sepi. Tiba-tiba saja ada sekelompok orang menghadangnya. Mereka berjumlah 5 orang, Reina langsung memasang posisi siap.

"Wah wah, berani sekali gadis kecil ini masuk ke dalam sini," ucap salah satunya dengan senyuman nakal.

"Adek, ngapain masuk ke sini? Oh, atau kau mau main sama kita-kita ya?" Temannya yang lain juga ikut berbicara, tak lupa senyuman nakalnya.

Reina menatap datar mereka semua. "Pergi dari hadapanku," ucap Reina dingin. Orang-orang di depannya ini malah tertawa.

"Haha, kalau kami tidak mau bagaimana gadis manis? Kita main dulu lah, baru pergi." Salah satu dari mereka mendekati Reina dan hendak menyentuh Reina.

Reina langsung memberikan pukulan telak kepada orang itu, membuatnya langsung tersungkur kelantai. "Heh, jangan sembarangan untuk menyentuhku."

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang