Akhirnya setelah sekian lika-liku yang terjadi, mereka bisa menjalankan drama dengan baik. Itu semua berkat saran Reina yang tidak masuk akal, tapi akhirnya saran yang tidak masuk akal itu berhasil.Itupun hanya gara-gara Reina berbicara seperti ini, "kelen pacaran aja serasa dunia milik berdua, masa akting nggak bisa buat dunia milik berempat?." Begitulah kira-kira ucapan Reina.
"Kamu salah paham Said! Aku gak pernah selingkuh, itu fitnah! Percaya sama aku." Salma memainkan perannya di adegan saling cekcok ini.
"Aku lihat jelas-jelas liat dengan mata kepala aku sendiri. Kamu berduaan sama dia! Itu udah jadi bukti yang jelas, kamu mau ngelak gimana lagi!" Mata Said seperti berkaca-kaca. Sepertinya Said terlalu mendalami.
"Yang kamu lihat, belum itu yang terjadi Id. Aku kecewa sama kamu, kamu lebih percaya sahabat kamu itu daripada aku?" Salma memukul dada Said sekali.
"Selama ini kamu nganterin Rina emang aku pernah marah? Kamu lebih mentingin dia daripada aku, aku gapernah protes tuh. Aku masih tetep sabar, tapi kamunya makin keterlaluan." Tatapan Salma semakin sendu.
"Dia itu cuman sahabat aku!" Said berteriak.
"Arjun juga cuman temen aku Said, kenapa kamu semarah ini! Kamu bisa jalan sama sahabat kamu, aku juga bisa dong ngobrol sama Arjun. Seharusnya kamu gamarah, kan kamu juga gitu." Salma memalingkan wajahnya.
"Aku itu cemburu. Kamu ngerti gak sih! Kamu gak bisa kayak gini dong! Kamu gak mikir perasaan aku?!" Said berakting semakin marah, matanya menatap semakin tajam.
"Terus kamu pikir selama ini aku gak cemburu kamu deket sama Rina? Kamu juga gak mikir perasaan aku! Kamu egois!" Salma berbalik badan ingin pergi, tapi Said menahannya.
Lalu mereka menjalankan adegan selanjutnya, bisa dibilang ini adegan penutupnya. Tapi di adegan ini, mereka tampak kaku.
"Stop." Reina mengangkat tangannya.
"Gini gini. Dibagian ini kaunya jangan gugup gitulah Said, tadi marah-marahnya udah oke, masa yang ini kaku bener?" Reina mendekati mereka, wajah Said dan Salma tampak memerah.
"Namanya ini adegan romancenya Rein. Gimana sih?" Kesal Said.
"Sini, biar aku yang praktekin. Pegang bentar Jun." Reina memberikan kertas dan pulpennya pada Arjun. "Ekspresimu kayak gini." Reina menunjuk wajahnya.
"Emang kau bisa?" tanya Salma ragu.
"Hmm, entahlah. Udah ayo kita coba dulu. Ekhem." Reina berdehem sekali. Suasana pun kembali seperti tadi setelah adegan marah-marah.
Reina menatap datar Salma, Salma jadi sedikit merinding. Cepat sekali ekspresi Reina ini berubah? Pikir Salma.
Reina melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah, tatapannya semakin mendingin. Reina seperti memiliki kepribadian ganda, Salma juga memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit.
"A-apa maumu?" tanya Salma sedikit gagap. Sepertinya ini bukan akting, Salma beneran merasa terintimidasi.
Karena mereka mundur dan semakin mundur, Salma sudah mentok di dinding. Wajah Salma memerah karena blushing, kebetulan Reina memang lebih tinggi sedikit dari Salma.
Seperti berdasarkan naskah, karena sudah tidak bisa mundur lagi, Salma mengambil jalan dari samping berniat ingin pergi, tapi tangan Reina menahannya. Sekarang posisi mereka sudah sangat dekat, Salma menatap mata dingin Reina.
Lalu tatapan yang awalnya dingin itu berubah menjadi tatapan lembut, ekspresi Salma tetap sama seperti tadi. Dengan cepat Reina membawa Salma ke pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Teen FictionFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...