Kegilaan Sari

589 72 5
                                    

Sebelum kau memutuskan untuk bersama seseorang, satu yang perlu kau tau, kau harus siap kalau dia pergi meninggalkanmu. Entah itu dia pergi ke sisi-Nya atau pergi ke sisi orang lain.

~Hanisa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Reina dan Alea kembali ke kumpulan teman-teman mereka. Alea masih saja terdiam karena kejadian barusan, di mana Reina menjawab semua pertanyaan dengan segampang itu.

Keysa tiba-tiba saja memeluk Reina sampai membuat Reina terhuyung kebelakang, untung saja tidak jatuh.

"REIN! HEBAT KALI KAU, ANJIR! Sampek kenak mental orang itu!" Keysa berteriak di telinga Reina. Reina spontan menutup telinganya.

Pletak.

"Santai, babi!" Karena kesal Reina menyentil kepala Keysa.

"Alea keren jugak kok. Dia bisa jawab, jadi gak terlalu beban dia." Salma menepuk-nepuk bahu Alea, membuat Alea tersadar dari lamunannya.

"A-Ah, iya. Hehe." Alea menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Gila memang Reina tadi. Pertamanya aja dia gak ada jawab sama sekali, tiba-tiba aja mereka gak dikasih point lagi. Berarti awal-awal cuman point dulu yakan." Sanju menyikut lengan Reina.

"Makan apa si Rein? Kayak gak pakek mikir lagi," ucap Lani.

"Makan nasi lah. Ya kali makan besi," ucap Reina sambil menatap Lani dengan menaikkan sebelah alisnya. "Indonesia itu kalo gak makan nasi, gak kenyang," lanjut Reina.

"Eh Rein. Denger-denger Kakakmu Kianzee ikut cerdas cermat ngewakilin kelasnya, dan dia menang." Lano menatap Reina.

Reina menatap balik Lano, dia menghentikan kegiatan meminumnya. "Oh ya?" tanya Reina sedikit tidak percaya. Si orang sibuk itu mau ikut campur dengan masalah ginian?

"Iya, dia dari kelas dua belas BM kan?" tanya Lano. Reina mengangguk, lalu melanjutkan kegiatan meminumnya.

"Yah, kali ini kita gabakalan menang sih. Kata orang Itu otak Kakakmu encer kali, dia beberapa kali nyabet peringkat satu paralel," ucap Arjun murung. Arjun mendapatkan info itu dari gosip-gosip yang beredar.

Orang-orang bilang, Kianzee adalah murid yang paling pintar dan jenius. Tapi, orang-orang tidak tau kalau Reina yang paling pintar dan jenius di sekolahnya dulu.

"Hm, produk tuan Aflastar memang tidak pernah gagal." Jawab Reina dengan enteng, membuat teman-temannya menatapnya datar.

"Serius Rein. Ini kakakmu sendiri loh yang jadi lawannya, sama kelas dua belas TBSM satu." Arjun gemas, ingin sekali memukul kepala Reina itu.

"Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Inget, kalok aku bilang bisa ya bisa. Jangan mencoba menyangkalnya." Reina kembali meminum kopinya, sambil memakan piatos.

"Sombong amat. Tapi yang kau bilang ada benarnya jugak." Rasi percaya pada Reina, kalau mereka bisa menang.

Mereka ingin sekali menang, karena ini menyangkut harga diri kelas mereka. Sering sekali kelas ini direndahkan, mereka ingin membungkam mulut mereka semua, kalau RPL 1 bisa.

Tiba-tiba saja banyak orang mengerumuni meja Reina dkk. Reina terkejut karena tiba-tiba suasananya sangat ramai. Mau apa mereka? Pikir Reina.

Terlihat dari tulisan di bawah name tag mereka, mereka berasal dari kelas yang berbeda-beda. Dari kelas 10, 11, bahkan dari kelas 12. Mereka juga berbeda-beda jurusan.

"Dek, namanya siapa?"

"Kamu cantik banget sih. Jadi pacar saya ya?

"Uh lihat, dia sangat menggemaskan."

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang