Jangan lupa vote dan komen, biar aku lebih semangat bikin ceritanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Karena kejadian semalam, Reina jadi tidak ingin keluar kamar setelah puas memukuli ketiga bodyguard itu. Modnya sudah memburuk sehingga dia hanya menggambar dan bermain game di kamar. Sampai pagi menjelang, Reina turun untuk sarapan.
Meja makan sepi, hanya ada Kianzee, Zehan dan Fadly. Mungkin yang lainnya sedang menjaga Salsabila yang semalam kambuh.
"Pagi," sapa Reina.
"Kekmana Kak Salsa Bang? Baik-baik aja kan?" Reina duduk di meja makan sambil mengambil dua lembar roti dan selai coklat.
"Untung aja gak papa, karena langsung ditangani. Cuman ya harus dirawat selama dua hari untuk mantau perkembangannya," jelas Fadly, Reina mengangguk paham.
"Hm, Nanti aku jenguk," ucap Reina.
Reina bangkit dari duduknya dan pergi dari ruang makan, dia memilih menghabiskan rotinya sambil jalan. "Pak, anter aku ke sekolah ya? Aku lagi males bawa mobil," ucap Reina pada pak Asep.
"Oh, iya non." Pak Asep yang sedang santai menyeduh teh manis dengan cepat menyiapkan mobil untuk mengantar nonanya itu.
"Nih Pak, kopi." Reina menyodorkan satu botol kopi good day pada pak Asep, karena Reina merasa bersalah menganggu pak Asep yang sedang minum.
"Makasih ya non." Pak Asep menerimanya tanpa menolak, dia tau nonanya itu tidak suka ditolak. Reina tersenyum manis.
.
.
."Mana Ras, naskahnya? Udah siap kan?" Reina yang sampai di kelas langsung meminta naskah drama pada Rasi.
"Sabarlah taik. Gak sabaran kali kau kutengok, baru dateng belum jugak duduk, udah nagih naskah." Rasi hampir tersedak karena Reina yang datang langsung meminta naskah padanya, karena Rasi lagi menikmati makanannya.
"GPL."
"Apa GPL?"
"Gak pake lama."
Dengan sedikit mendengus kesal, Rasi memberikan dua lembar kertas berisikan plot dan dialog untuk drama. Rasi mengerjakannya sampai jam dua pagi, karena Reina menyuruhnya untuk cepat menyelesaikannya.
Reina melihat kertas itu dan membacanya dengan sangat teliti. Satu kata pun tidak terlewat.
Cerita ini bermula ketika Salma yang difitnah Rina selingkuh. Ceritanya Said dan Salma berpacaran, Rina menyukai Said, dia mempunyai rencana jahat untuk membuat hubungan Said dan Salma renggang. Karena fitnah itu, Said marah dan datang ke rumah Salma, kebetulan Salma sedang bersama Arjun entah ngapain. setelah itu Said salah paham dan keduanya cekcok.
Ya, cerita yang cukup klasik, tapi akan bagus kalau pemerannya bisa memerankannya dengan baik. Apakah mereka bisa melakukannya dengan baik?
"Emang bisa kau ngajarin orang ini Rein?" tanya Keysa yang kurang percaya.
"Sepele kau sama aku?" Reina menatap Keysa datar. Lalu dia melanjutkan acara membacanya itu.
"Ya nggak sih, cuman kurang yakin aja. Emang kau bisa? Ya disini kau ceritanya jadi sutradara nih," ucap Keysa.
"Lihat aja nanti."
Setelah mengucapkan itu, Reina menelungkupkan kepalanya ke meja, apalagi kalau bukan tidur. Sepertinya tidur adalah prioritas Reina. Entah kenapa si maniak kopi itu sering mengantuk di manapun dan kapanpun.
"Tidur aja nih anak, padahal tadi dia barusan ngabisin satu botol nih kopi good day." Rana mengangkat botol kopi yang sudah kosong.
"Tapi baguslah dia tidur, kalo bangun cuman buat orang darah tinggi aja," lanjut Rana.
"Berisik." Reina yang sebenarnya hanya menutup mata, bukan tertidur pun berbicara dengan suara parau. "Ngomong lagi ku gas pala kau," lanjut Reina tanpa membuka matanya.
"Serem amat mbaknya." Rana bergidig ngeri.
"Ya namanya juga Reina, lagian kau sukak kali ganggu dia. Sensi kan dia jadinya samamu," ucap Keysa yang di samping Reina.
Mereka melanjutkan obrolan dan membiarkan Reina asik dengan dunia mimpinya, untung saja jam masuk sekolah masih sekitar 10 menit lagi.
.
.
.Sekarang adalah waktunya pulang sekolah, itu berarti waktunya Reina dan teman-temannya latihan drama. Mereka memilih latihan di lapangan basket.
Ternyata masih banyak murid yang belum pulang, ada juga yang latihan drama juga, ada yang latihan futsal, ekskul bela diri, dan lain-lain. Kebetulan lapangan basket sedang tidak di gunakan.
"Mana? Cepat we kita mulai. Gausah kayak Bebi Sima kelen lama kali." Reina mengambil satu kursi dari kelas lain untuknya duduk.
"Kelen kok gak pulang telek? Pulang kelen sana pulang!" Reina mengusir teman-temannya yang malah duduk di pinggir lapangan, belum ada dari mereka yang memilih pulang.
"Mau nonton drama. Udahlah gausah peduliin kami, lanjut aja," ucap Ridho, yang lainnya mengangguk sambil tersenyum.
"Terserah." Tatapan Reina kembali ke arah Said, Rina, Salma dan Arjun. "Mulai cepet," lanjut Reina.
Latihan pun dimulai. Mata Reina menatap dengan seksama akting yang dilakukan ke empat temannya, akting mereka terlalu kaku menurut Reina.
Sampai sudah beberapa kali mengulang, belum juga bisa mendapatkan akting yang sesuai Reina bangkit dari duduknya dan menghela nafas.
"Kelen lagi akting apa lagi ngomong sama setan? Kaku kali anjir," ucap Reina sedikit menghina. "Nih nanti kalo casting biar dapet peran film, asli sih gabakal ketrima. Baru mulai casting udah ditendang," lanjut Reina lagi sambil matanya menatap naskah.
"Menohok ya Reina. Terus gimana?" Wajah Rina terlihat frustasi, sepertinya hal ini baru pertama kali ia lakukan.
"Isss susaah. Ganti peran lah!" teriak Arjun frustasi.
"Memang susah sih, apalagi ini baru pertama kalinya." Reina mengangguk mengerti, dia juga sebenarnya tidak bisa akting, tapi dia mengerti tentang yang beginian. "Gini deh, dengerin aku. Akting tampak bagus kalau diperankan senatural mungkin," ucap Reina.
"Caranya?" tanya Rina bingung.
"Anggap aja semua ini bukan akting. Anggap aja kau Said, memang benaran nengok cewekmu selingkuh. Bayangin aja kau punya cewek selingkuh, pasti marah dong yakan?" Reina memberikan masukan yang semoga saja berguna.
"Kau Salma, anggep aja kau ngobrol sama Arjun itu kayak ngobrol biasa. Cari topik yang kelen suka lah, biar kayak ngobrol gitu. Misalnya ghibahin kelas sebelah," ucap Reina sambil tersenyum, entah apa yang lucu.
"Gak bisa Rein. Tengok tuh orang itu, nengokinnya gitu kali." Said menunjuk teman-temannya yang santai melihat mereka.
"Ah, kalo mereka gampang. Tutup mata kelen, anggep aja orang itu bukan manusia. Mereka cuman ilusi." Reina menyentuh pundak Said.
"Jahat kali kau Rein, masa kami bukan manusia?" Sanju protes.
"Emang," ucap Reina santai.
"Kali ini aja, buang sisi kemanusiaan kelen. Anggep aja orang itu bukan manusia, aktinglah seolah-seolah bumi cuman milik kelen berempat," ucap Reina ngawur. Sepertinya dia yang telah kehilangan sisi kemanusiaanya.
"Anjir, ngebuang sisi kemanusiaan dong. Ya gak gitu kali Rein, serem amat itu saran" protes Salma.
"Ya terus? Gimana lagi?" Reina juga bingung bagaimana caranya. Tidak ada cara lain menurut Reina, hanya itu jalan satu-satunya agar mereka bisa fokus.
Ya, sepertinya jalan pikir Reina sudah di luar batas manusia normal. Mana ada manusia yang menyarankan hal semacam itu agar bisa berakting, hanya Reina lah yang bisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/287792742-288-k270136.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Teen FictionFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...