"Seseorang menangis bukan karena mereka lemah. Tapi, mereka menangis karena telah berusaha kuat dalam waktu yang cukup lama"
–Keyla Humairah–
——Happy reading——
Tok, tok!
Setelah mengetuk pintu, Keyla menerobos masuk ke sebuah kamar. Ia mendapati sang pemilik kamar, sedang tertidur pulas di atas ranjang.
"Oh, tidur toh," gumam Keyla sambil mangut-mangut.
Keyla berniat pergi dari sana, tapi ide jahil mulai muncul di kepala gadis itu, ia pun berjalan sangat pelan ke arah ranjang. Lalu mulai menggangu si pemilik kamar, dengan meneriaki namanya.
"Darel, bangunnn!!" teriak Keyla tepat di telinga Darel.
Darel tersentak kaget dan terbangun, pria tersebut berusaha membuka matanya sambil mengusap telinganya yang berdengung. "Aduh, Key, apaan sih? Kuping ku sakit, nih."
Keyla menyengir tanpa dosa. "Hehe, maaf, Rel."
Darel berdecak pelan, lalu menatap gadis yang duduk di hadapannya itu. "Kenapa ke sini, hmm?"
"Bosan, aku mau main sama kamu," keluh Keyla memajukan bibirnya.
Darel menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur. "Mau main apa? Lagian ini udah malem, Key. Nanti kalau bang Arka nyariin, gimana?"
Keyla memutar bola mata malas, lalu merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Darel. "Abang, belum pulang."
Darel melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 22.25, lalu menatap Keyla. Ia merasa kasihan pada Keyla, karena gadis itu selalu sendirian di rumah jika sang kakak sedang lembur bekerja. Sebenarnya, Arka mempekerjakan seorang ART untuk mengurus rumah dan menemani Keyla, tapi ART tersebut akan pulang jika sudah pukul 18.00, karena Ia memiliki anak kecil jadi tidak bisa tinggal di rumah mereka.
"Malem ini aku tidur di sini ya, Rel?" ucap Keyla dengan mata terpejam.
"Di sini? Di kamar aku? Ya, gak boleh lah, Key!" ucap Darel cepat.
"Kenapa gak boleh? Tante Mira bilang, aku boleh tidur di sini. Tenang aja, aku gak akan macem-macem kok," ucap Keyla. Sebelum masuk ke kamar Darel, ia sempat bertemu dengan Mira—Mama dari Darel Angkasa.
"Bukan gitu Key, tapi–"
"Iya, Rel, aku tau kok. Lagian, aku cuma becanda," potong Keyla. Gadis yang mengenakan piyama bergambar kucing itu, mulai membuka matanya. "Rel."
"Hmm?"
"Sakit, ya? Nahan rindu sama orang yang beda alam," ucap Keyla menatap langit-langit kamar.
"Key."
"Kadang, aku suka iri sama kamu, iri sama anak-anak yang orang tuanya masih lengkap. Hati aku selalu bertanya, gimana sih rasanya dekapan seorang ibu? Gimana rasanya bisa disuapi langsung dengan tangan ibu? Gimana rasanya bisa berbagi keluh kesah sama ibu?" tanya Keyla tersenyum kecut. Terdengar nada bergetar di setiap katanya, bahkan mata gadis itu siap meneteskan butiran air.
Darel menatap Keyla iba. "Key."
"Sampai detik ini, aku masih merasa bersalah, Rel. Aku merasa bersalah sama mama, bang Arka juga papa," ucap Keyla mulai menangis. "demi melahirkan aku, mama harus kehilangan nyawanya, dan karena aku, papa dan bang Arka harus kehilangan orang yang mereka sayang. A–aku anak pembawa sial, Rel, aku–"
"Hey, kamu gak boleh bilang gitu!" potong Darel. Lelaki itu menarik Keyla ke dalam dekapannya.
"Gak seharusnya aku ada di dunia ini, Rel. Coba aja kalau mama lebih milih dirinya dari pada aku, pasti bang Arka gak akan kehilangan sosok seorang mama, dan papa gak akan kesepian. Ini semua salah aku, Rel."

KAMU SEDANG MEMBACA
SAGAKEYLA (TERBIT)
Teen Fiction(Sudah terbit dan open po di ig @luxurypublisher1) Beberapa part terakhir sudah diunpub Saga Febriano. Pria dingin dan irit bicara, sekalinya berbicara perkataannya bisa menyakiti orang lain. Selalu memakai seragam urak-urakan, tapi penampilan terse...