SAGAKEYLA | 44

2.6K 108 106
                                        

"Tuhan memberikan nyawa kepadamu secara gratis, tapi kenapa kamu sangat ingin mengembalikannya?"

-Saga Febriano-

--Happy reading--

"Kayanya, ini tempat favorite lo, ya?" tanya Saga melangkah, mendekati Keyla yang memunggunginya. "dari sekian banyaknya tempat, kenapa harus rooftop? Apa karena tempat ini sunyi atau karena lo suka lihat langit?"

Sesampainya di sekolah, Saga langsung mencari Keyla di seluruh penjuru sekolah, lantaran tak mendapati batang hidung gadisnya itu.

Ia tadi menjemput Keyla, tapi gadis itu sudah berangkat. Bahkan, Darel pun tidak mengetahuinya.

"Key?" Saga berdiri di sebelah Keyla, sedikit memiringkan tubuhnya, saat Keyla tak membalas perkataannya.

"Key, lo gapapa, kan?"

Tak ada jawaban apapun dari mulut Keyla, membuat Saga bingung sekaligus khawatir. Pasalnya, sedari tadi Keyla hanya menatap pembatas rooftop dengan tatapan kosong.

Saga menepuk pelan bahu Keyla, membuat mata Keyla berkaca-kaca. "Hari ini, hari peringatan kematian papa."

Saga terhenyak, mengusap bahu Keyla memberikan semangat. Ingin sekali merengkuh tubuh rapuh itu, tapi ia ingin membiarkan Keyla mengeluarkan seluruh keluh kesahnya.

"Gue masih inget dengan jelas, penyebab kematian papa," lirih Keyla yang masih bisa Saga dengar.

Keyla menatap Saga dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. "Gue penyebab papa meninggal, Ga."

"Gue ...." Tenggorokan Keyla tiba-tiba tercekat, seakan tidak mengizinkan perkataan apapun terlontar dari bibirnya.

"Kecelakaan beberapa tahun lalu ...."

"Sayang." Pria itu buru-buru menyebrang, saat melihat apa yang digendong sang anak. Anak gadisnya sangat menyukai hewan lucu yang bernama kucing, tapi sayangnya gadis kecil itu memiliki alergi terhadap bulu kucing. Ia takut alergi sang anak kambuh, karena menyentuh hewan tersebut.

Gadis kecil itu tersenyum, seraya melambaikan tangan kala sang ayah mendekat. Tapi senyumnya langsung memudar, saat sang ayah terpental cukup jauh, karena sebuah mobil menghantamnya dengan keras.

Bruak!!

Dugh!

Entah pria itu yang buru-buru menyebrang tanpa melihat keadaan sekitar, atau mobil sedan tersebut yang kehilangan kendali. Entahlah, dunia seakan berhenti begitu saja.

"Papa, bangun, Pa!" pinta gadis kecil itu seraya menggoyangkan tubuh sang ayah. "Papa, bangun! Papa gak boleh tinggalin aku!"

Saat ia tak mendapat jawaban apapun, selain mata tertutup dengan darah yang terus mengalir keluar, membuat gadis itu menjerit ketakutan. Ia semakin mengencangkan guncangan di tubuh ayahnya, berharap pria itu akan bangun.

"Papa bangun! Papa jangan pergi, Pa!" raung gadis itu menjadi-jadi. "Papa jangan tinggalin aku! Papa harus bangun!!!"

Gadis itu menangis dengan keras, membuat orang-orang disekitarnya membantu gadis itu. Kini seragam yang gadis kecil itu kenakan sudah berubah menjadi merah, karena darah sang ayah yang tak berhenti keluar.

"Papa, bangun, Pa! Papaaa!!" jerit gadis itu, saat salah seorang pria mengatakan jika ayahnya sudah tiada.

"Enggak, Papa gak mungkin meninggal! Papa gak mungkin tinggalin aku!!" teriak gadis kecil itu tidak terima. "Papa bangun!!! Papaa!!"

SAGAKEYLA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang