SAGAKEYLA | 63

2.2K 77 67
                                        

"Jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan, maka aku siap melakukan kesalahan itu seumur hidup."

–Adira Raveena Taleetha–

——Happy reading——

"Gue gak nyangka, penyakit lo bisa separah ini, Rel." Adira menatap Darel sendu.

"Aku gapapa kok, sebentar lagi juga sembuh," ucap Darel tersenyum manis. Ia menatap Adira hangat. Entah mengapa, ia sangat merindukan gadis itu. Padahal, baru beberapa hari yang lalu ia bertemu dengannya.

"Harus, lo harus sembuh!" tukas Adira menyemangati Darel. Gadis bermata bulat tersebut, menggenggam tangan Darel erat. "gue bakal temenin lo operasi, dan bakal terus temenin lo sampai sembuh."

"Gak usah, Dir. Udah ada mama sama papa," tolak Darel halus.

Adira menggeleng keras. "Gue bakal temenin lo!"

"Tap–"

"Izinin gue, Rel!"

Melihat tatapan penuh harap dari mata Adira, membuat Darel tak bisa menolak. Senyum di wajah Adira langsung mengembang, kala laki-laki berwajah pucat itu mengangguk.

"Makasih, Rel." Adira tersenyum manis. "Gue memang gak bisa bantu lo, untuk ngurangin rasa sakit yang lo rasain. Tapi perlu lo tau, gue ... bakalan terus di samping lo sampai operasi selesai. Sampai semuanya selesai, Rel."

Darel menatap Adira dengan pandangan yang sulit diartikan, sebelum akhirnya ia mengangguk pelan. "Makasih ya, Dir."

Adira mengangguk senang. "Ini udah jadi tugas gue, Rel. Bukannya, kita harus menjaga dan menemani orang yang kita cintai?"

Perkataan Adira mampu mengubah suasana menjadi canggung. Darel bingung harus menjawab apa, sedangkan Adira salah tingkah atas perkataannya sendiri.

"Kamu mau lanjut kuliah, dimana?" tanya Darel berusaha mencairkan suasana.

"Papa nyuruhnya di universitas sekitar sini, biar gak jauh katanya," jawab Adira canggung. "kalau lo, dimana?"

Darel menggeleng tidak tahu. "Belum tau."

"Bareng gue aja ya, Rel? Supaya kita bisa sama-sama terus!" ajak Adira semangat, membuat Darel terdiam.

Kalau mereka terus bersama, apa bisa ia mencegah perasaannya agar tidak membesar? Sepertinya, tidak.

Darel tersenyum menanggapinya. "Gak janji, ya. Soalnya, aku harus bilang dulu sama papa."

Bahu Adira sedikit merosot kecewa. "Iya. Semoga aja, kita satu universitas."

Adira mengeluarkan sesuatu dalam tasnya, lalu memakaikan benda tersebut ke tangan kiri Darel.

"Gelang?" Darel menatap Adira dan gelang yang ada di tangan kirinya, secara bergantian. Gelang hitam dengan nama 'DaRa'  di tengahnya.

Adira mengangguk. "Iya. Itu tanda, kalau sekarang ... lo udah jadi milik gue! Dara, kepanjangan dari Darel Adira."

"Dir–"

Adira langsung menggenggam tangan Darel. "Untuk sekarang, biarin gue mengklaim lo sebagai milik gue, Rel! Gue bakal lepasin lo, kalau saatnya udah tiba. Dan gue harap, saat itu gak akan pernah tiba!"

Adira tersenyum getir, membuat Darel menatapnya sendu. "Gue tau kok, Rel, kalau lo ... cinta sama gue."

"Dira."

Adira menggeleng, menatap Darel lekat. "Lo gak bisa bohongin perasaan lo sendiri, Rel!"

Darel menatap langit-langit ruang rawatnya. "Kalau pun iya, kita gak bisa saling memiliki, Dir."

SAGAKEYLA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang