SAGAKEYLA | 76

4.6K 87 71
                                        

"Kita punya harapan, tapi dunia punya kenyataan."

Saga Febriano

——Happy reading——

"Ya Allah, semoga Naufal gak kenapa-napa," gumam Keyla yang terus merapalkan doa.

Mereka yang menyaksikan kejadian nahas tadi, langsung membawa Naufal ke rumah sakit terdekat. Bahkan Sintia yang mengetahui kecelakaan tersebut, meraung dan memaksa untuk ikut.

Saat ini mereka hanya bisa berdoa dan memohon untuk keselamatan Naufal, yang tengah diperiksa dokter.

Saga menahan tangan Keyla, yang sedari tadi mundar-mandir di depan pintu ruang UGD. "Naufal pasti baik-baik aja, Key."

Keyla menatap Saga sendu. "Tapi, Ga–"

"Naufal anak yang kuat, Key." Saga mengangguk meyakinkan, membuat Keyla hanya bisa menghela napas panjang.

"Naufal pasti baik-baik aja kan, Mas?" tanya Sintia sesegukan. Ia sungguh takut, jika Naufal pergi meninggalkannya.

Ferry mengelus pundak Sintia, yang saat ini berada di pelukannya. "Pasti! Dia gak akan mungkin, ninggalin kita gitu aja."

"Aku takut Naufal kenapa-napa, Mas." Sintia mengeraskan tangisannya, saat membayangkan hal yang tak diinginkan.

Ferry mengeratkan pelukannya, bermaksud menenangkan sang adik. "Naufal gak akan kenapa-napa, Sin. Dia pasti baik-baik, aja!"

Keyla menatap Sintia merasa bersalah. Karena dirinya, Naufal jadi seperti ini. Coba saja jika ia tidak menyebrang, pasti Naufal tidak akan menyelamatkannya. Jika ia tidak menyebrang, pasti Naufal tidak akan memasang badan untuknya. Sungguh, ia tak bermaksud membuat Naufal seperti sekarang ini.

Atensi Keyla tertuju pada pintu ruang UGD, yang dibuka dari dalam. Seorang laki-laki berjas putih keluar dari ruangan tersebut, dengan wajah yang tampak murung.

"Gimana keadaan anak saya, Dok? Baik-baik aja, kan?" cecar Sintia mendekati sang dokter. Ia menatap dokter paru baya di hadapannya penuh harap. Berharap apa yang akan sang dokter katakan, sesuai dengan apa yang ingin ia dengar.

"Maaf, pasien tidak bisa diselamatkan," ucap dokter menatap Sintia, yang tampak tak percaya.

"Apa, Dok?" Antara tidak dengar atau ingin memastikan pendengarnnya, Sintia kembali bertanya. Ia berharap, tadi ia salah dengar.

"Tepat pukul 21.55, pasien dinyatakan telah meninggal dunia," ulang dokter lugas. "saya turut berduka cita, Bu."

"Inalillahi wainailaihi rojiun." Semua yang ada di sana tak menyangka, akan kabar yang dokter sampaikan. Mereka turut berduka cita, atas apa yang terjadi pada Naufal.

Pertahanan Sintia runtuh. Ia jatuh pingsan di pelukan sang kakak. "Eh, Sintia?"

"Sintia." Chatrine membantu suaminya, membawa Sintia ke ruang rawat yang kosong, untuk menyadarkannya.

"Aku salah denger kan, Ga?" tanya Keyla menatap kosong pintu ruang UGD.

Saga menatap Keyla prihatin. "Key."

Keyla menggeleng tak percaya. "Gak mungkin, ini pasti mimpi! Kemarin juga, gitu. Aku mimpi Darel meninggal, tapi Darel masih hidup. Itu artinya, Naufal juga masih hidup!"

Saga menarik Keyla ke dalam dekapannya, berusaha menenangkan Keyla yang mulai meraung tak terima. "Ikhlasin ya, Key?"

"Enggak! Naufal gak pergi! Dia gak selemah yang kamu bayangin, Ga!" Keyla melepas paksa pelukan Saga, lalu berlari memasuki ruang UGD.

SAGAKEYLA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang