"Tidak ada masa depan, kita hanya menuju kematian."
–Darel Angkasa–
——Happy reading——
Suara roda didorong dengan cepat bersahutan dengan suara isak tangis seorang wanita, terdengar begitu nyaring memenuhi koridor rumah sakit. Beberapa suster tampak mendorong brankar pasien menuju UGD, bahkan mereka sedikit berlarian saat meliha wajah pasien yang semakin memucat.
Mira, ibu dari Darel Angkasa tersebut tak henti-hentinya meminta sang anak untuk membuka mata. Hatinya kalut, pikirannya sangat kacau. Ia berusaha keras menjernihkan pikiran yang terus membayangkan kejadian yang tidak-tidak.
Meskipun mulutnya terus merancau dan terisak, tapi hatinya tak berhenti merapal berdoa. Memohon pada Yang Maha Kuasa, agar menyelamatkan nyawa putra satu-satunya.
"Bangun, sayang. Kamu anak yang kuat. Bangun, Nak!" pinta Mira dengan air mata yang bercucuran. Menggenggam tangan Darel, seakan tak siap untuk berpisah.
"Maaf, Bu. Tunggu di luar, ya." Seorang suster mencegah Mira yang ingin ikut masuk ke ruang UGD, membuat ibu beranak satu iu hanya bisa pasrah.
"Tolong, Dok, selamatin Darel," pinta Mira pada dokter Gemal—dokter yang selalu menangani penyakit Darel.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Bantu doanya ya, Bu." Dokter Gemal menepuk pelan bahu Mira, sebelum benar-benar masuk ke ruang UGD
Dengan tubuh lemas, Mira mendudukkan tubuhnya pada kursi yang tidak jauh dari ruang UGD. Menghela nafas panjang, berusaha mengusir kepanikan yang terus melandanya.
"Semoga kamu gak kenapa-napa, Nak," lirih Mira tak berdaya. Ia mencoba menelpon Keyla, gadis itu harus tahu apa yang terjadi pada Darel saat ini. "gak diangkat."
Mira menghela nafas lesu, saat Keyla tak menjawab telpon darinya. Ia kembali berusaha menelpon, tapi gadis itu tak kunjung mengangkatnya.
"Ya Allah." Mira mengusap kasar wajahnya, tidak tahu lagi harus seperti apa. Menghubungi suaminya? Sudah. Faisal—ayah dari Darel Angkasa itu kini tengah dalam perjalanan, padahal ia sedang ada perkerjaan di luar kota. Tapi demi sang anak, ia rela meninggalkan semua pekerjaannya.
Setelah beberapa menit menunggu, dokter Gemal pun keluar dari ruang UGD dengan ekspresi tak menentu. Membuat Mira harap-harap cemas.
"Gimana keadaan anak saya, Dok? Baik-baik aja, kan?" tanya Mira penuh harap.
"Saat ini keadaan Darel sudah lumayan membaik," ucap dokter Gemal membuat Mira menghela napas lega. "tapi, Darel harus segera dioperasi pengangkatan tumor."
Baru saja bernapas lega, tenggorokannya kembali tercekat. Membuat wanita tersebut kesulitan bernapas. "Op–operasi?"
Dokter Gemal mengangguk. "Karena penyakit kanker otak yang Darel idap sudah stadium 4, maka perkembangan sel tumornya berkembang dengan cepat. Dan jika tidak segera dilakukan operasi, ditakutkan akan menyebar ke jaringan terdekat di dalam otak, atau bahkan ke sumsum tulang belakang."
Bagai tersambar petir di siang bolong, Mira tersentak hebat. Dadanya berdenyut sakit, seperti dihantam batu besar. Menatap dokter muda dan tampan di hadapannya itu dengan tatapan tak percaya.
Kini, air mata yang sempat berhenti kembali mengalir deras. Ia tak percaya akan ini semua. Semalang itu kah nasib anaknya? Apa salah Darel, sampai anaknya itu harus merasakan ujian sebesar ini?
"Bo–boleh saya minta waktu, Dok? Saya perlu membicarakan hal ini pada Darel dan papanya." Mira memberanikan diri untuk bertanya. Sekalian ia ingin mengulur waktu, agar bisa membujuk anak kesayangnya itu agar mau dioperasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAGAKEYLA (TERBIT)
Novela Juvenil(Sudah terbit dan open po di ig @luxurypublisher1) Beberapa part terakhir sudah diunpub Saga Febriano. Pria dingin dan irit bicara, sekalinya berbicara perkataannya bisa menyakiti orang lain. Selalu memakai seragam urak-urakan, tapi penampilan terse...