20. Terangkap?

3.9K 520 6
                                    

Jangan lupa untuk selalu vote dan coment guys!
Happy reading readers termwah ^^

👑👑👑

Evelin terus berlari mengejar Bella yang sudah jauh didepan. Ternyata pelayan pribadinya itu memiliki bakat tersembunyi yaitu dapat berlari secara cepat walaupun tubuhnya sangat mungil.

Gadis bersurai emas itu sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan apakah ia dikejar oleh sekelompok orang bercadar atau tidak.
"Pasti orang-orang bercadar itu mulai mencariku," monolognya.

Semakin ke arah utara, semakin banyak pepohonan yang besar dan juga semak belukar sangat banyak. Ada duri yang tersebar disana sini, berbagai tumbuhan beracun tak luput dari pandangan. Sebenarnya Evelin tak terlalu mengerti tentang racun, tetapi ia pernah mempelajari tumbuhan beracun. Jadi itu sangat membantu dirinya.

"Semakin lama aku merasa bahwa novel itu tak berguna untukku. Ini alurnya sudah melenceng dari novel. Di dalam novel tidak ada adegan aku disergap oleh sekelompok orang bercadar," pikir Evelin.

Gadis itu terus berlari hingga melihat seorang gadis yang sangat akrab dengan dirinya sedang bersembunyi di balik pohon.

"Bella?" lontar Evelin.

Gadis yang terduduk di tanah mendongakan kepalanya. Gadis itu nampak sangat pucat.
"Nona? Apakah nona baik-baik saja? Nona tidak terlukakan? Arg" tanya gadis bersurai merah mencoba berdiri namun gagal karena salah satu kakinya tertusuk duri.

"Aku baik-baik saja Bella, apa yang terjadi padamu?" Evelin berjongkok di depan Bella.

"Tidak ada yang terjadi pada saya nona,"

"Kau tak perlu berbohong kepadaku," Evelin memegang kaki kanan milik Bella yang tertusuk oleh duri.

"Ini tidak apa-apa nona," sanggah Bella. "Lebih baik nona sekarang pergi dari sini. Sepertinya sekelompok orang bercadar mengejar nona, mereka semakin dekat," sarannya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Bella," tolak Evelin. Gadis itu mengambil sebuah obat bubuk dari tasnya. Ia akan mengoleskan obat itu tepat di kaki kanan milik Bella.

Bella mencegah tangan nonanya yang akan mengoleskan obat dikakinya.
"Nona saya tidak pantas mendapatkan obat yang berkualitas tinggi seperti itu,"

"Kau harus menuruti semua kemauan nonamu ini," sarkas Evelin. Gadis itu mengoleskan obat di kaki Bella. Setelah itu ia merobek gaunnya sendiri untuk membungkus kaki gadis bersurai merah itu. "Ini tidak bisa menyembuhkan kakimu secara instan. Tapi setidaknya dapat mengurangi rasa sakit dan menghilangkan racunnya," katanya sembari berdiri.

Bella berkaca-kaca, gadis itu tak menyangka bahwa nonanya akan begitu baik padanya.
"Terima kasih nona," ungkapnya.

Evelin mengulurkan tangannya untuk membantu Bella berdiri.
"Baik, ayo kita pergi dari sini,"

Bella nampak ragu membalas uluran tangan nonanya. Namun ia dengan percaya diri memberanikan untuk membalas uluran tangan nonanya.

Evelin memapah Bella untuk terus berjalan ke arah utara. Seingatnya jika sudah sampai di tepi hutan utara maka akan ada pasar rakyat yang tak jauh dari istana. Disana ia dapat menaiki kereta kuda untuk mengantarkannya ke istana.

Mereka berdua telah berjalan cukup lama. Cahaya matahari sudah menghilang digantikan dengan bulan. Namun cahaya bulan tak dapat menerangi karena terhalang oleh pohon-pohon yang sangat besar.

Bulir-bulir keringat mulai berjatuhan dari dahi Evelin. Namun gadis itu tetap berjalan memapah Bella.

"Nona?" panggil Bella.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang