Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Dalla Dalla by Itzy
Happy reading readers termwah!👑👑👑
Empat orang yang berpakaian layaknya rakyat biasa mendarat dengan sempurna di atas tanah yang tertutupi oleh salju putih. Mereka menyusuri jalan setapak yang sengaja dibuat oleh orang di tengah hutan yang cukup dalam. Walaupun mereka melewati jalan setapak yang kecil, namun mereka harus hati-hati karena di jalan setapak itu tumbuh berbagai tanaman liar.
"Ivory apakah kau yakin ini jalan yang benar?" tanya Evelin mempererat mantel yang membungkus tubuhnya karena salju yang turun semakin banyak. Ia hanya tahu dari novel bahwa letak bangsa penyihir berada di dalam hutan yang sangat jauh. Detail-detailnya ia tak begitu paham.
"Jika aku tak yakin maka aku tak membawamu kesini," ketus Ivory. Evelin tak mengharapkan gadis itu berkata dengan lembut layaknya Flora. Jadi ia telah membiasakan diri dengan sifat Ivory.
Gadis bersurai emas itu memilih untuk tak menanggapi Ivory. Ia memfokuskan pandangannya ke depan. Ada banyak sekali pohon besar yang sangat rimbun hingga langit tak terlihat dari bawah. Sebagian dedaunan tertutupi oleh putihnya salju. Bahkan ada pula pohon yang hanya tinggal rantingnya saja, namun salju putih berhasil membuat pohon itu tampak indah. Mungkin bila Evelin memasang sebuah lampu berkelap-kelip pada pohon itu akan bertambah indah.
Mereka berbelok ke utara lalu tak lama setelah itu terlihat perumahan yang cukup sederhana. Apakah itu tempat bangsa penyihir tinggal? Melihat dari ciri-cirinya Evelin yakin tentang itu. Beberapa bangunan disana memang terlihat sederhana, namun sebenarnya ada salah satu dari bangunan sederhana itu yang ditinggali oleh pemimpin bangsa penyihir termasuk Harley. Walaupun terlihat sederhana, ketika masuk akan terlihat sederhana juga. Akan tetapi ada sebuah pintu bawah tanah. Dan disanalah sebenarnya kehidupan bangsa penyihir berada. Entah dengan sihir apa, bangsa penyihir berhasil membuat kehidupan yang baik di bawah tanah. Menurut penjelasan novel, disana terdapat istana yang indah, pasar rakyat yang luas, berbagi penjual memenuhi jalanan, dan masih banyak lagi. Kembali ke rumah sederhana itu, sebenarnya juga ada yang menempati. Namun hanya bangsa penyihir rendahan yang menempatinya.
"Nona apakah kita akan kesana secara terang-terangan?" tanya prajurit.
"Walaupun tingkat sihir mereka rendah, namun kita tidak boleh gegabah," tandas Ivory. Mereka bersembunyi di balik semak-semak yang cukup menutupi tubuh mereka berempat.
"Ivory, siapa yang akan kita tangkap?" kali ini Evelin yang bertanya.
Ivory mengamati beberapa bangsa penyihir yang sibuk beraktivitas di luar rumah.
"Tentu saja salah satu dari mereka," netranya menatap ke depan dengan teliti. Ia sedikit menyipit ketika mendapati ada banyak bangsa penyihir yang berlalu lalang. Jika begini maka sangat mudah memilih mana yang akan dibawa. Akan tetapi sangat sulit untuk mengambilnya. "Aku memberimu tugas untuk menentukan seseorang yang harus kita bawa," tunjuk Ivory pada Evelin.Gadis bersurai emas itu tersenyum.
"Aku memilih pria berpakaian kuning," ucapnya cepat.Ketiga orang lainnya melongo. Evelin memilih seorang anak berusia 13 tahun? Hah, yang benar saja? Terlebih anak itu terlihat sangat kekurangan nutrisi.
"Nona, apakah nona tidak bercanda?" Bella menatap nonanya heran.
"Tentu saja tidak, dia akan sangat berguna untuk kita," cetus Evelin dengan percaya diri. Ia sangat tahu siapa orang yang ia pilih itu.
Setelah lama menimbang-nimbang. Ivory menemukan jawaban. Evelin ini walaupun terkenal bodoh, namun ide-idenya selalu cemerlang. Ivory menganggukan kepalanya.
"Aku setuju, cepat bawa dia kemari. Kami bertiga akan menjaga keamanan disini," sebenarnya Ivory tak ingin mengatakan itu. Namun ia ingin melihat seberapa cemerlangnya Evelin membawa pria kecil itu tanpa bantuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Villainess
FantasyQuinza Evelin Adara adalah seorang gadis dari abad 21 yang bekerja di dunia acting. Ia selalu menjadi pemeran protagonis disetiap film ataupun layar lebar. Ketika Evelin terjatuh di kolam tiba-tiba ia terbangun di tubuh seorang putri yang antagonis...