76. Kentir

1.7K 306 137
                                    

Sebelumnya selamat menjalankan ibadah puasa untuk yang muslim y guys!
Kangen gak nih sma Favi?
Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Bop Bop by Viviz
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

Disinilah Evelin, gadis itu berakhir dengan membersihkan kamar mewah milik Lieven. Sedangkan pria yang menyuruhnya entah pergi kemana.

"Sebenarnya kamar ini sangat bersih, sepertinya si kulkas itu punya dendam pribadi dengan Elvis," gumam Evelin sembari mengelap meja belajar milik Lieven. Gadis yang berpenampilan seperti pria itu membuka laci meja milik Lieven. Siapa tahu ia mendapatkan hal-hal yang selama ini tak ia ketahui.

Namun setelah kurang lebih satu jam ia membuka seluruh laci milik Lieven, tak ada satupun hal yang ia dapatkan. Gadis itu berkacak pinggang mencoba berpikir keras. Sebuah ide memasuki otaknya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Kakinya melangkah menuju sebuah almari disana. Ia memasuki ruangan rahasia miliki Lieven. Ini adalah kedua kalinya ia memasuki ruangan sederhana itu. Lukisan cantik Ilona terpapang jelas di dinding. Walaupun Evelin pernah melihatnya, ia tetap takjub dengan wajah Ilona yang begitu cantik. Bahkan Flora tak sebanding dengan Ilona.

"Bila saja Ilona masih hidup, pasti dia akan menjadi kecantikan tak tertandingi di Kawasan Batu Putih ini," monoton Evelin tak berkedip menatap lukisan itu. "Namun aku masih lebih baik darinya," lanjutnya. Ia meneliti setiap sudut ruangan itu mencari tujuan awalnya.

"Dimana tombol itu?" batin Evelin. Ia ingin melihat sebuah lorong rahasia miliki Lieven. Akan tetapi ia tak tahu dimana letak tombol untuk membuka lorong itu.

Ia semakin berjalan mendekati lukisan Ilona hanya untuk mencari tombol pembuka lorong. Namun tak sengaja telapak tangannya menyentuh dinding di sebelah lukisan Ilona hingga membuat lukisan itu bergeser ke kiri.

Bola mata Evelin membulat saat melihat apa yang sebenarnya disembunyikan dibalik lukisan Ilona.
"Batu merah!" serunya. Gadis itu menatap sebuah batu giok berwarna biru muda dengan titik merah ditengahnya yang berada diatas sebuah kotak. Batu itu bersinar sangat terang layaknya sebuah benda yang memiliki energi listrik.

Detik selanjutnya mata Evelin berkedip. Ia tersenyum miring, ternyata benda yang selama ini ia cari berada disini. Gadis itu menekan kembali tembok yang tadi ia sentuh, tembok yang sama seperti tembok lainnya. Lalu lukisan Ilona kembali bergeser seperti semula. Pintar sekali si kulkas menyembunyikan sesuatu yang berharga.

Evelin keluar dari tempat itu dengan segera, ia tak ingin ketahuan oleh Lieven. Jika itu terjadi maka tamatlah riwayatnya.

***

"Pangeran kedua apa yang sedang pangeran lakukan?" tanya seorang prajurit yang berada di samping Filon.

Filon masih membungkuk guna memetik beberapa bunga indah yang tumbuh di kediamannya.
"Tidakkah kau melihat aku sedang memetik bunga?!" kesalnya.

"Ma-maafkan saya pangeran. Biarkan saya saja yang memetik bunga itu," prajurit itu mengajukan dirinya.

Filon berdiri tegap, ia merapikan beberapa bunga yang telah dipetiknya. Lalu pria itu menatap prajurit dengan tajam.
"Bunga ini akan ku berikan kepada orang yang ku cintai! Kau tidak berhak melakukannya!" murkanya.

Prajurit itu menunduk takut.
"Ta-tapi biasanya pangeran akan menyuruh saya memetik bunga untuk selir pangeran,"

"Selir itu hanya wanita murahan yang menginginkan hartaku. Kau tahukan aku tak pernah menyentuh mereka," Filon kembali membungkuk guna memetik beberapa bunga lagi.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang