34. Bertemu

3.3K 475 32
                                    

Jangan lupa untuk selalu vote and komen!
Mulmed 🎙🎶🔊 Wa Da Da by Kep1er
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

"Nona Evelin, aku sangat berharap kau memenangkan ajang pemilihan permaisuri," ungkap Ratu Alcena.

Gadis bersurai emas nampak tidak percaya dengan perkataan ratu. Bukankah ratu tak menyukainya? Bagaimana dia berharap dirinya bisa memenangkan ajang itu?

"Terima kasih atas dukungan ratu, namun aku tidak cocok bersanding dengan putra mahkota," kata Evelin.

Alcena tersenyum. Dia menuangkan teh hijau untuk Evelin.
"Aku sudah mengamatimu sejak lama," ucapnya. "Kau telah banyak berubah, aku pikir kau sangat cocok untuk putraku," lanjutnya sembari menyerahkan cangkir kaca kepada Evelin.

Evelin menerima teh pemberian ibu suri. Ia meneguk teh hijau itu. Rasanya benar-benar cocok untuk orang-orang tinggi seperti Ratu Alcena. Ditambah dengan indahnya taman Palvilum Daisy Ratu Alcena dimalam hari yang dapat membuat suasana semakin tenang.

"Aku tidak tahu apa motif ratu sehingga bisa baik padaku," batin Evelin. Alur novel itu benar-benar berubah total.

"Aku takut mengecewakanmu yang mulia ratu,"

"Kau tak perlu takut. Katakan saja bila ada hal-hal yang menganggumu. Aku pasti akan membantumu,"

"Baik ratu,"

"Untuk misi selanjutnya kau akan tahu segera. Aku tidak bisa membocorkannya kepadamu. Namun hal ini sangat bersangkutan dengan seni bela diri. Aku yakin kau bisa melakukan yang terbaik," urai Alcena.

"Aku sangat mengagumi Ratu Alcena. Walaupun dia berkata kepadaku bahwa akan selalu membantuku namun dia tidak membocorkan hal-hal penting secara sembarangan kepadaku," Evelin menatap wajah Ratu Alcena yang tak terlihat kerutan dikulitnya walaupun sudah tua.

"Aku mengerti ratu,"

"Ini sudah sangat larut malam. Kau bisa kembali ke penginapanmu," saran Alcena.

Evelin pamit undur diri. Ia keluar dari Palvilum Daisy. Gadis itu berjalan malas, ia tahu apa misi selanjutnya. Walaupun dirinya sangat berbakat di dunia modern namun tak bisa menutupi bahwa ia akan melakukan misi itu dengan baik.

Ketika akan sampai dipenginapannya, gadis bersurai emas itu malah membelok ke arah yang berbeda. Ia berjalan dilorong yang hanya diterangi oleh cahaya lilin. Lorong itu menghubungkan dengan belakang Palvilum Teratai. Tentu saja Evelin akan pergi ke palvilum milik si rubah tua.

"Ini adalah kesempatan yang bagus untukku. Aku akan pergi ke Palvilum Teratai sekarang, pasti ibu suri sudah tertidur," monolognya.

Evelin berjalan dengan santai untuk mencapai taman Palvilum Teratai. Ia sudah cukup terbiasa dengan suasana seperti ini. Banyak serigala yang melolong, bunyi-bunyi serangga yang memulai aktivitasnya dimalam hari, dan kondisi yang remang-remang.

Evelin menolehkan kepalanya untuk memastikan tidak ada orang yang mengikuti dirinya. Lalu gadis itu memasuki hutan terlarang. Ia lupa membawa senternya jadi dirinya hanya menggunakan lentera yang ia ambil di lorong tadi untuk menerangi hutan.

Ia bergidik ngeri ketika hampir saja jatuh didepan duri beracun. Rasanya jika mengingat kejadian pada saat tertusuk duri itu membuatnya takut. Rasanya benar-benar menyakitkan. Untung saja ia kali ini lebih berhati-hati.

"Willow?" ucap Evelin hampir berteriak. Ia tak berani mengeluarkan suara keras karena takut hewan-hewan buas yang berada di hutan itu akan menyerangnya.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang