98. Selesai

1.3K 176 67
                                        

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Drip by Hinapia
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

Pria itu menarik tangan Evelin tanpa perasaan. Ia membawa Evelin ke kediamannya. Ketika sudah sampai ia menghempaskan tangan Evelin yang ia genggam cukup kencang.

Evelin meringis menyadari bahwa genggaman pria didepannya cukup untuk membuat kulit putihnya memerah.
"Kena-"

"Apa yang kau lakukan tadi?!" potong pria itu menahan amarahnya yang siap keluar. "Kau menggunakan pakaian yang seketat ini? Tidak sopan," ejeknya menatap Evelin dari bawah ke atas.

"Apa yang aku lakukan? Aku menari dan ini adalah pakaianku," ucap Evelin tak terima. Bisa-bisanya pria ini... Lupakan.

"Cih! Tak tahu sopan santun. Aku tak menyukai tarian dan pakaianmu. Karena kau tanpa sengaja telah menggoda banyak pria," ketus Lieven. Namun kalimat terakhirnya hanya bisa berhenti ditenggorokannya.

Evelin tersenyum miring.
"Kau membawaku kemari hanya ingin mengatakan ini?"

Lieven menatapnya dingin. Pakaiannya yang berwarna merah maroon dengan aksen sulaman emas dikerahnya begitu cocok untuk pria itu.
"Willow berada disini, temui dia setelah ajang ini selesai. Kembalilah ke panggung," perintahnya. "Ganti pakaianmu, aku membencinya," lanjutnya dengan suara dingin.

"Kau-" Evelin menghentikan perkataannya karena Lieven dengan begitu saja meninggalkannya. "Tapi bagaimana si kulkas bisa membawa Willow kemari? Astaga! Apakah dia tahu segalanya?" gumam Evelin resah.

Gadis itu dengan buru-buru kembali ke penginapannya untuk berganti pakaian. Hal ini ia lakukan bukan karena Lieven tapi karena sudah lama ia tak menggunakan pakaian modern yang membuatnya cukup tak nyaman. Ia memilih memakai gaun berwarna putih yang sederhana namun melekat ditubuhnya. Jaket denim dari dunia modern masih ia gunakan karena gaun itu hanya menutupi sebagian lengannya.

***

Gadis bersurai emas duduk di deretan para nona yang baru diisi oleh Ivory, Ella, dan Flora. Evelin bersebelahan dengan Ivory dan Flora.

"Nona Evelin kau melakukannya dengan sangat baik," puji Flora tersenyum manis.

"Terima kasih atas pujiannya Nona Flora," balas Evelin. Netra honey-nya sibuk mencari seseorang yang sempat ia lihat ketika tampil. Orang itu berada di kerumunan para rakyat. Namun ia tak kunjung menemukannya meskipun tak terlalu gelap karena ada banyak lentera serta mutiara yang terpantul cahaya rembulan.

"Nona Evelin apa yang kau cari?" tanya Ella mengetahui gelagat Evelin yang tak biasa, terus memandangi kerumunan rakyat.

Evelin tersenyum simpul menatap Ella.
"Aku hanya memerhatikan para rakyat. Aku bertanya-tanya apakah bangsa penyihir berada disini?"

"Membicarakan bangsa penyihir aku dengar mereka tinggal di dalam hutan yang rimbun," cetus Ella.

Evelin menaikkan satu alisnya menatap Flora yang sepertinya tak menyukai obrolan ini. Hal ini malah membuat Evelin semakin penasaran. Kenapa ketika makan malam ibu suri menyinggung bangsa penyihir yang hanya ditujukan kepada Flora? Bahkan terlihat sangat disengaja, ada yang tidak beres bukan?
"Aku juga pernah mendengarnya begitu. Menurutmu bagaimana Nona Flora?" smirk muncul di bibir Evelin yang semerah cherry.

Flora menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Aku hanya tahu bahwa bangsa penyihir dulunya pernah hidup bersama kaum kita," katanya jernih tanpa riak.

"Hanya tahu? Bukankah si tumbuhan ini pintar? Seperti ada yang disembunyikan," batin Evelin. "Apakah kau sering bekerja sama dengan bangsa penyihir Nona Flora?" Evelin menanggapi sembari menatap Flora intes. Detik itu juga Evelin sadar dengan gelagat Flora yang tampak terkejut namun mampu ditutupinya dengan baik. "Ah maksudku apakah kaum kita sering bekerja sama dengan bangsa penyihir? Maaf," lanjutnya.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang