102. Surat

1.1K 141 117
                                        

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Heart Burn by Sunmi
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

Embun pagi masih membasahi rerumputan liar. Bunga-bunga bermekaran, berulang kali kupu-kupu hinggap diatasnya untuk menghisap madu. Gemercik air mancur terdengar begitu ringan, menenangkan. Beberapa burung berkicau dengan riang sembari mengintari pepohonan yang rimbun.

Seorang pria bersurai perak sedang berlatih memanah. Pakaian hitam yang ia kenakan membuat paras tampannya semakin bertambah.

SHUT.

Tiga anak panah sekaligus menancap tepat sasaran. Senyuman miring terlukis di bibir Lieven. Ia memberikan busur panahnya kepada prajurit yang berada didekatnya. Ketika kaki jenjangnya ingin melangkah kembali ke Palvilium Lotus, tiba-tiba ada dua gadis yang mendekatinya.

"Sepertinya putra mahkota kelelahan," lontar Evelin. Dengan berani dirinya menatap manik biru laut milik Lieven. Sebenarnya dalam hati ketar-ketir. Namun itu semua demi rencananya.

"Saya memberi hormat kepada putra mahkota, semoga diberikan seribu kehidupan," hormat Ivory menunduk dengan anggun ala nona-nona. "Nona Evelin apa yang kau katakan? Kau bahkan tidak memberi hormat kepada putra mahkota," sembur Ivory.

Evelin tertawa.
"Kenapa aku harus menghormatinya? Dia bukan bagian dalam hidupku," sahutnya.

"Putra mahkota, tolong maafkan Nona Evelin," ada nada tak biasa dalam perkataan Ivory.

"Ivory ini mengucapkannya terlalu kaku," batin Evelin.

Lieven tersenyum miring menatap Evelin. Entah kenapa mata elangnya mampu membuat Evelin menelan salivanya sendiri.
"Bagaimana bila aku menjadi bagian dari hidupmu? Maka dengan begitu kau akan menghormatiku bukan?" ucapnya. Tapi perkataannya malah membuat Evelin merinding.

"Bagian dari hidupku? Kau ingin menjadi babuku?" tampik Evelin.

Lieven menaikkan satu alisnya.
"Babu?"

"Sial," umpat Evelin karena kembali mengatakan kata-kata dari dunianya yang tak dimengerti di dunia kuno. "Babu adalah orang istimewa dalam hidupku," jelasnya. Tidak salah bukan?

"Nona Ivory kau bisa tinggalkan aku dan Nona Evelin disini," ucap Lieven yang sudah seperti sebuah perintah.

Ivory mau tidak mau harus pergi dari tempat itu. Namun ia yakin bahwa rencananya dan Evelin kali ini salah. Kenapa Lieven malah tertarik pada Evelin? Bukan dirinya? Ada yang salah.

Pria bersurai perak itu menyeringai ketika semua orang yang berada di sekitarnya pergi, termasuk para prajurit. Ia menatap Evelin tajam.
"Kau selalu saja membodohiku. Aku kira kau sudah tak takut lagi bila nyawamu melayang," katanya. "Babu? Aku yakin bahwa kata itu memiliki makna lain. Maka bagaimana bila kau yang menjadi bagian dari hidupku? Aku akan menjadikanmu sebagai babuku. Dengan begitu aku akan menghormatimu Nona Evelin," lanjutnya berjalan pergi sebelum meninggalkan Evelin yang membeku.

***

"Tuan, apakah tuan tahu apa itu babu? Kenapa tuan ingin Nona Evelin menjadi babu tuan?" tanya Luke. Ia tadi sempat mengumpat dibalik pohon. Telinganya yang peka mampu mendengarnya dengan jelas.

"Kenapa kau menguping?!" kesal Lieven.

"Ma-maafkan saya bila lancang tuan. Tapi tuan sendiri yang selalu menyuruh saya untuk mengumpat ketika tuan berlatih," elak Luke.

"Baiklah, apakah kau pernah mendengar kata babu sebelumnya?" tanya Lieven.

Luke menggeleng. Selama hidupnya ia belum pernah mendengar kata babu sebelumnya.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang