"Ternyata, ada orang yang lebih sakit daripada gue."
-Viola Rifarsya-
***
"Bunda sayang sama Viola.. jadi anak baik ya, cantik. Tuan Putri-nya Bunda kan anak pinter....jaga diri ya, sayang--"
"BUNDA!!!"
Viola bangun dengan napas yang tak beraturan, keringat dingin bercucuran di dahinya. Dia melihat sekeliling, kosong. Dia berada dikamarnya sendiri.
Tak lama, suara derap langkah kaki pun terdengar. Rega dan Raka berdiri di pintu dengan tangan yang bertumpu pada lutut, dan mencoba menstabilkan napas mereka.
"Ke..kenapa dek?!!" tanya Raka khawatir langsung mendekat.
"Lo kenapa? ada yang sakit?? mau minum gak?" Rega menimpali dengan raut tak kalah cemas.
Viola mengelap keringatnya, dan menghela napas panjang.
"Kenapa gue bisa balik ke kamar?" bukannya menjawab, cewek itu malah bertanya kembali.
"Lo pingsan di tepi sungai, untung ga hanyut," Rega menjawab santai.
Viola ingat, dia ke tepi sungai lalu menangis disana. Lalu, Aska--
"Aska?" dirinya bergumam.
"Baru juga bangun, udah nanyain cowok aja lo."
"Yang bawa gue kesini siapa?"
"Ya kita lah, siapa lagi kalo bukan duo Babang ganteng lo ini," Rega menepuk dada bangga.
"Kok kalian bisa--"
"Shutt! Udah jangan nanya lagi. Lo mending lanjut istirahat deh, lagian kan hari ini libur, jadi kita bisa jagain lo," Raka menyela seraya menidurkan Viola, dan menyelimuti adiknya itu.
"Em..." kedua alis Viola mengerut, tentu Raka langsung paham.
"Papa Mama udah pergi lagi keluar Kota. Lo tenang aja,"
"Bukan Papa gue.."
"Itu ga penting, yang penting lo selamanya adek gue."
"Adek gue juga dong!" Rega berseru keras lalu mendekat dan memeluk ringan keduanya, membuat mereka sama-sama jatuh ke kasur.
"Berat setan!! badan kalian segede gajah, bisa bikin gue gepeng tau gak!" Viola langsung mendorong keduanya hingga tersungkur ke lantai.
"Hadeh...sakit, Vi." keluh keduanya.Viola segera berbaring lagi dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Lo istirahat, kita mau kebawah dulu. Nanti pangggil aja kalo ada perlu," Rega dan Raka keluar dari sana, lalu menarik pintu dan menutupnya.
Didalam selimut, Viola perlahan tersenyum. Hatinya sedikit menghangat ketika kedua kakaknya perhatian kepada dirinya.
"....Bunda, nanti Viola kesana. Tungguin ya,"
*****
Siangnya, Raka dan Rega mengantar Viola ke makam Sang Bunda. Cukup lama mereka disana, Viola meminta kedua saudaranya untuk menunggu di mobil dan membiarkan dirinya sendiri bersama Bundanya.
"....kenapa bohong sih Bun?"
Cewek itu menunduk didepan onggokan tanah yang sudah bertabur bunga mawar merah yang segar. Baunya harum semerbak, masuk ke Indra penciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Teen Fiction"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...