‘Hei, i'm back!’*****
"Udah malem, kita balik dulu ya Vi." Viola mengangguk melihat teman-temannya melangkahkan kaki keluar pintu, lalu menaiki motor masing-masing."Gapapa kalian bertiga doang di sini? Atau mau kita bantu jagain gitu?" ujar Fikri khawatir.
"Gak, lagian di sini kan ada penjaganya juga, ntar kalau ada apa-apa kita telpon kok," jawab Monic dengan yakin, Miki mengangguk setuju.
"Rumah lo kan juga ga jauh-jauh amat dari sini," tambah Miki melirik pada Fino. Cowok itu mendengus kesal.
"Bener nih? Kita balik ya,"
"Iyaa!!"
Hap!
"Pake," satu kata keluar dari mulut Aska setelah dia melempar jaket hitamnya pada Viola.
Semua terkejut, Fino, Yusuf, Danil dan Miki menganga lebar dibuatnya.
"Busett!! Apanih?! Lo kesambet?!" seru Fino heboh langsung memeriksa dahi temannya itu.
Aska berdecak kesal, "dia kan ga bawa apa-apa ke sini, lagian kalau malam kan dingin. Gue cuma ga mau dia makin bikin repot kalau sakit."
"Dih, alasan klasik," cibir Danil.
Satu-persatu mesin motor menyala, lalu turun ke jalan sembari melambai pada ketiganya. Viola tersenyum tipis, melihat teman-temannya itu.
"Ekhem! Senyum-senyum sendiri nih, seneng ya diperhatiin Babang Aska?" goda Miki menaik turunkan alisnya.
"Apasih, ga jelas lo."
"Halaah, gaya lo sok-sokan ga suka. Jujur aja deh Vi, kita kan bestod." Tambah Monic ikut-ikutan menjaili Viola.
"Gak."
"Bilang aja suka Vi, tadi dia bawain lo martabak, sekarang dia ngasih lo jaket biar ga kedinginan,"
"Tau ga? Pas Aska dapet kabar lo aja tadi dia langsung tancap gas ke sini, sampe dimaki-maki orang gara-gara ngebut." Kompor Miki agak berlebihan, tapi memang itu kenyataannya.
Cewek itu berbalik masuk lagi ke dalam, Miki dan Monic ber-tos ria karena berhasil mengganggu sahabat mereka satu ini.
***
Jam menunjukkan angka 02:25, tiba-tiba mata Viola terbuka tanpa sebab, cewek itu terbangun dari tidur.
Dia duduk, memandang sekeliling yang bukan ruang kamarnya. Terasa sepi karena ini tengah malam, Monic dan Miki tertidur pulas di kedua sisinya.
Viola turun dari kasur itu dengan hati-hati supaya keduanya tidak terbangun. Lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi, di sana dia membasahi wajahnya.
Miki merasa objek yang tadi dipangkunya hilang, melihat lampu kamar mandi yang menyala, dia melanjutkan tidur. Mungkin Viola kebelet pipis, pikirnya.
Viola kembali keluar, matanya tidak ingin tidur lagi, rasa kantuk dan lelahnya hilang. Lelah fisik tentunya.
Dia teringat akan sesuatu, buku bundanya!
Bergegas cewek itu pergi ke kamar yang satunya guna mencari buku tersebut. Syukurlah buku itu masih dalam keadaan sama di dalam laci.
Viola menarik kursi ke arah dekat jendela, lalu menghidupkan lampu.
"Bunda, udah ketemu ya sama Kakek? hehe ...." Gumamnya pilu menatap buku yang lusuh itu.
"Gimana bukanya ya? Kuncinya di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Teen Fiction"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...