Bagian 14

1.4K 135 108
                                    

Double up nih!

seneng apa seneng?

ga jawab gue tampol, di alam lain tapi :v

Astagfirullah'alazim, maafkan lah gue yang emang hobi nge gaje bin alay kek gini. Bawaan dari kandungan kayaknya.

Dah ah.

Happy reading, selamat menikmati hasil halu gue.

Maap kalo typo.

Tinggalkan vote sama komen y.

Follow Instagram random gue : @myrsh.31 @sha_rinere

*****

“Rengking ga menentukan suksesnya seseorang.”

___________________

Hari perlombaan pun datang, Viola dan Aska diminta untuk datang ke gedung lomba bersama guru pendamping mereka–Bu Setan dan Pak Bohlam. Wah pasangan serasi ini mah.

Aska yang masih kesal dengan cecunguk satu itu berusaha untuk tidak menghiraukannya sama sekali. Tapi apalah daya, saat dirinya sudah rapih dengan setelan seragam sekolah, Viola malah kesiangan.

Pukul 08:20, Aska dan kedua gurunya masih menunggu Viola datang ke sekolah. Acara akan dimulai pada 09:00, dan pada pukul 08:50 semua peserta sudah harus mendaftarkan diri. Sementara jarak antara sekolah dan gedung memerlukan waktu sekitar 15 menit. Apalagi dengan macet di ini kota ini, bisa-bisa memakan waktu 20 menit kesana.

Aska diminta oleh Bu Seta untuk mejemput Viola kerumahnya, dan saat sampai disana dirinya malah disambut dengan ucapan :

"Ha? Lomba apa?"

Mana Viola baru bangun tidur lagi, masih acak-acakan. Aska mengelus dada mencoba sabar.

Dan sekarang, hampir saja mereka telat dan pendaftaran tutup. Viola hanya menyengir lebar saat kedua guru itu menatap tajam dirinya.

"Udah sana masuk, bentar lagi acaranya dimulai," ucap Pak Aziz diangguki oleh Aska.

"Pak, saya boleh jajan dulu ga?" Viola benar-benar akan dilempar oleh mereka bertiga. Bagaimana bisa dirinya masih meminta tawaran.

"Gak ada! Sana masuk kamu!! astagfirullah'alazim.." Pak Aziz langsung beristighfar mengelus dadanya sabar.

Bu Seta menoleh pada Aska, "Kamu berusaha semaksimal mungkin ya, cuma kamu harapan saya."

"Lah ga dianggap gue," gumam Viola menatap kesal.

Viola tak mau kalah, dia menoleh pada Pak Aziz seraya tersenyum, membuat pria tua itu mengerutkan dahi. "Kenapa kamu? jangan bilang kesambet? mau lomba loh ini,"

"Ish si bapak mah, saya kan juga mau disemangatin kaya si Batu Antartika."

Pak Aziz menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, " yaudah sana, bikin saya bangga ya. Bisa kan?"

Viola dengan cepat mengangguk, "Bisa bisaa!! eh iya, janjinya jangan lupa ya pak."

"Iya iya! sana masuk!!"

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang