Bagian 32

1.7K 108 69
                                        

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Taqabballahu Minna Wa Minkum.
Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.

Selamat hari raya idul fitri bagi yang beragama islam.

Gue minta maaf, jika punya salah sama kalian.

Sekian, terima THR berupa Vote dan komen.

________________________


“Boleh melihat keburukannya, tapi jangan menutup mata dengan kebaikannya.”

*****

"Woi! Sini lo!"

Cewek yang kebetulan sedang lewat di halaman sekolah itu menoleh ke sumber suara, melirik ke kanan kiri memastikan bahwa yang dipanggil adalah dirinya.

"Iya, elo! Sini!"

Mendekat dengan perlahan, saat mendapati bukan lambang sekolahnya yang ada dibaju orang itu, dia menatap tajam.

"Lo bukan anak sini, mau apa lo?!" tanyanya menatap tajam.

Tidak menghiraukan ucapan siswi didepannya, cowok itu berbalik memanggil yang lain, "Bos, ada satu nih."

Menatap siapa yang dipanggil, siswi itu melebarkan matanya. Diantara kaget dan takut, dia berseru, "Satria! Ngapain lo ke sini?!"

"Wow, slow dong. Ga usah teriak-teriak."

Kebetulan sekarang jam istirahat, mungkin saja satpam yang menjaga sedang pergi sebentar untuk mengisi perut. Sehingga ketiga orang itu bisa berdiri dibalik gerbang sekolah ini. Siswi itu menatap tajam dengan perasaan gelisah, hampir semua yang ada di sekolah ini tau bagaimana orang didepannya, musuh mereka.


Satria yang melihatnya begitu tersenyum miring. "Lo, mau kerjasama gak?"

Mendengarnya, siswi itu melotot. Belum sempat dia menjawab, Satria berucap lagi.

"Lo bantu gue, gue bantu lo singkirin saringan lo, Viola."

"K-kenapa lo–"

"Gue punya banyak mata-mata di sini." Gumamnya pelan tapi masih bisa terdengar oleh telinga. Siswi itu tersentak kaget.

Tampak wajah kebingungan muncul di sana. Setelah diam beberapa saat, dia menatap Satria tajam. "Apa rencana lo?"

Cowok itu tersenyum miring, merasa berhasil memasukkan satu lagi barang yang dapat bermanfaat baginya.

***


PRANG!!!

"AAAAA!!!"

Siswi-siswi menjerit kaget, ketika kaca jendela yang ada di kelas mendadak dilempar dengan batu hingga pecah.

Rakyat kantin yang tadinya penuh dengan sorak-sorai bahagia karena konser, sekarang merubah perhatian ke lokasi dengan tatapan awas. Semuanya segera bergegas menuju arah datangnya suara. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat halaman sekolah yang sudah berantakan.

Gevan menggertakkan gigi ketika melihat wajah sombong yang tengah menatapnya juga, berjalan pelan dengan satu tongkat besi tangannya.

"Yo! Leader Dixon yang terhormat."

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang