Bagian 29

1.1K 88 69
                                    

Typo bertebaran!!

•••

“Ternyata memang lebih baik hanya bergantung pada diri sendiri.”

VIOLA–

*****

"Jaga sikap lo, Vi! Jangan jadi kayak cewek murahan di luar sana! Nempel sana-sini sama banyak cowok, lo ga punya malu hah?!"

Rega berteriak kencang, Viola hanya diam tanpa menjawab. Melihat tidak adanya respon, Rega menggeram kesal dan beranjak pergi.

Raka yang berdiri di depan pintu kamar adiknya itu, berjalan pelan mendekat.
Tangan kanannya terulur ingin mengelus kepala adik kesayangannya itu seperti biasanya. Tapi diluar dugaan ....

"Jangan sentuh gue!"

Deg!

Tatapan itu, tatapan takut sekaligus rasa benci yang sering dilihatnya ketika Viola sedang berseteru dengan sang papa.

"Dek ...," lirih Raka sendu.

"PERGI LO! LO SAMA AJA KAYAK PAPA! SEMUANYA GA ADA YANG NGERTI GUE! GUE BENCI!"

Rasanya dada Raka bagai terhimpit oleh batu besar. Sesak. Sangat sesak.

Dia menatap tangannya, tangan yang tadi telah melayang tanpa ragu ke pipi adiknya itu. Raka mundur perlahan dengan tangan gemetar, dan tatapan bersalahnya.

Brak!!

Pintu dibanting, Viola mengunci kamarnya. Rega menatap nanar, perasaan bersalah semakin menjalar dibenaknya.

"Apa ..., yang udah gue lakuin? Gue ... sama kayak Papa? GAK!! GUE BUKAN BAJINGAN ITU!"

***

Aska baru sampai di rumahnya, dia merebahkan tubuh lelah di kasur empuk kamarnya. Menghela napas sebentar, sambil menatap langit-langit.

Memikirkan sesuatu yang akhir-akhir inu sering mengusik otaknya.

Ting!

Suara pesan masuk itu mengalihkan perhatiannya. Cowok itu meraih handphone miliknya di atas meja.

Kening sedikit berkerut, melihat pengirim pesan tersebut.

Gevanol

Ka
Aska


Apa?


Lo di rumah?

Knapa emg?

Gue tanya lo di rumah kan?

Ya

Oooh

Knp?

Gue liat motor lo tadi arahnya
ke rumah Viola

Woi!

Aska!

Kok lo diem aja ?

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang