Typo bertebaran!!
•••
“Ternyata memang lebih baik hanya bergantung pada diri sendiri.”
–VIOLA–
*****
"Jaga sikap lo, Vi! Jangan jadi kayak cewek murahan di luar sana! Nempel sana-sini sama banyak cowok, lo ga punya malu hah?!"
Rega berteriak kencang, Viola hanya diam tanpa menjawab. Melihat tidak adanya respon, Rega menggeram kesal dan beranjak pergi.
Raka yang berdiri di depan pintu kamar adiknya itu, berjalan pelan mendekat.
Tangan kanannya terulur ingin mengelus kepala adik kesayangannya itu seperti biasanya. Tapi diluar dugaan ...."Jangan sentuh gue!"
Deg!
Tatapan itu, tatapan takut sekaligus rasa benci yang sering dilihatnya ketika Viola sedang berseteru dengan sang papa.
"Dek ...," lirih Raka sendu.
"PERGI LO! LO SAMA AJA KAYAK PAPA! SEMUANYA GA ADA YANG NGERTI GUE! GUE BENCI!"
Rasanya dada Raka bagai terhimpit oleh batu besar. Sesak. Sangat sesak.
Dia menatap tangannya, tangan yang tadi telah melayang tanpa ragu ke pipi adiknya itu. Raka mundur perlahan dengan tangan gemetar, dan tatapan bersalahnya.
Brak!!
Pintu dibanting, Viola mengunci kamarnya. Rega menatap nanar, perasaan bersalah semakin menjalar dibenaknya.
"Apa ..., yang udah gue lakuin? Gue ... sama kayak Papa? GAK!! GUE BUKAN BAJINGAN ITU!"
***
Aska baru sampai di rumahnya, dia merebahkan tubuh lelah di kasur empuk kamarnya. Menghela napas sebentar, sambil menatap langit-langit.
Memikirkan sesuatu yang akhir-akhir inu sering mengusik otaknya.
Ting!
Suara pesan masuk itu mengalihkan perhatiannya. Cowok itu meraih handphone miliknya di atas meja.
Kening sedikit berkerut, melihat pengirim pesan tersebut.
Gevanol
Ka
Aska
Apa?
Lo di rumah?Knapa emg?
Gue tanya lo di rumah kan?
Ya
Oooh
Knp?
Gue liat motor lo tadi arahnya
ke rumah ViolaWoi!
Aska!
Kok lo diem aja ?
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Teen Fiction"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...