Bagian 27

1.7K 106 82
                                        

“Yang lebih sulit dari perpisahan adalah ikhlas.”

—Myrsh—

*****


"Kita turut berdukacita, Vi. Sabar ya," Monic mengelus pelan punggung sahabatnya dan Miki mengangguk menyetujui.

Viola hanya diam, menanggapi tiap ucapan temannya hanya dengan satu atau dua anggukan pelan.

"Vi, jangan gini. Kasian kakek lu," ujar Gevan prihatin, jujur, melihat Viola hatinya ikut tersayat.

"Iya Vi, mending lo berdoa lebih banyak buat Kakek." Timpal Fikri bijak. Hanya mereka berdua yang bisa datang ke acara pemakaman, terlebih letaknya yang ada di dekat makam lama Neneknya, terpaksa membuat mereka keluar kota.

Sementara Monic ikut orang tuanya yang kenal dengan orangtua Viola, Miki ikut bersama mereka.

"Viola!" seru Rafi datar setelah mendekat, cewek itu melirik sekilas lalu kembali memandang gundukan tanah bermawar yang baru saja dikali itu. Teman-temannya menatap Rafli heran.

"Ekhem, Viola!" Tegurnya lagi, tapi tetap sama cewek itu hanya memandang gundukan tanah.

Geram dengan hal tersebut, Rafi langsung menarik paksa tangan Viola dan membawanya menjauh, melihat itu Gevan dan Fikri angkat bicara.

"Om jangan kasar sama Viola, kasian dia masih syok," ujar Fikri berdiri didepannya.

"Jangan ikut campur urusan keluarga saya." Suara berat itu menekan setiap kata yang keluar.

"Tapi kasian Viola Om, dia itu cewek, jangan dikasarin!"

"Diam! Kalian cuma memberi pengaruh buruk untuknya, biasanya Viola tidak akan melawan sampai seperti ini, pasti gara-gara kalian!" Rafi menatap tajam teman-teman Viola, ada hasrat tidak suka saat melihat mereka, rasa yang familiar, seperti dulu ketika Vania masih hidup.

"Menjauh dari Viola!" setelah mengatakan itu dia menarik lagi tangan Viola dan memaksanya masuk ke mobil, tak lama mobil itu melaju kencang di jalan raya.

Beberapa saat berlalu, mobil itu kembali berhenti, Rafi menarik paksa 'putrinya' itu keluar.

"Turun kamu, cepat!" ujarnya mendorong Viola.

Mereka berada di rumah lama Wardi dan istrinya, rumah yang sekarang hanya berisikan pada penjaga dan asisten rumah tangga. Semua sanak-saudara lebih memilih menginap di hotel ketimbang di sini.

Plaak!

Tamparan keras melayang ke pipi cewek itu, rasa panas mulai menjalar ke wajahnya.

"Dasar sialan! Lihat apa yang terjadi? Pertama istri saya, sekarang mertua saya. Apa besok kamu akan membunuh saya, iya?!" Bentak Rafi menunjuk-nunjuk keluar, kemudian mengacak-acak rambutnya geram.

Viola diam, dia hanya menunduk dengan rambut yang sudah berantakan. Dia tidak peduli sama sekali.

"Arrgggh!! Ditambah, sekarang orang-orang dari perusahaan lain tau kalau kamu itu bukan anak saya, berkata kalau kamu pembawa sial dan membatalkan hampir semua investasi ke perusahaan saya. DASAR SIALAN!"

Entah dari mana kabar itu menyebar, banyak rumor mulai bermunculan, mengatakan kalau Rafi melakukan hubungan haram untuk perusahaannya, anak perempuannya itu membuat sial, keluarga mendapat karma karena hal-hal haram yang telah dilakukan, dan lain sebagainya.

Plak!!

Plak!!

Plakk!

Rafi terus menampar untuk melampiaskan amarahnya, tanpa mempedulikan para pekerja yang ada dirumah itu. Mereka hanya menatap kasian dengan membekap mulut tidak berani melawan, bagaimanapun mereka cuma bawahan.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang