“Sombong tapi kosong. Itu contoh cara untuk mempermalukan diri sendiri.”
–Viola–
***
"Ekhem... begini saja. Bagaimana kalau, Khanza dari IPA 1 melawan Viola dari IPA 3?"
"Hah?"
Hampir semua siswa terdiam, beberapa saat kemudian mereka kembali berbisik-bisik sambil saling melirik sinis.
Khanza tersenyum penuh arti, senyum yang penuh dengan keangkuhan dan kesombongan. Lalu tatapannya yang always merendahkan lawan bicara.
"Kenapa pada diam?" tanya Pak Herman yang tak kunjung mendapatkan sahutan.
"Takut kali, Paak~" Suara Khanza terdengar mengejek sambil melirik Viola yang tak jauh di samping, tak lama hampir semua siswa IPA 1 ikut serta menyoraki cewek itu.
Viola berdiri dari jongkoknya, apa yang terlukis diwajahnya? marah? kesal? tidak!
Cewek itu malah melempar senyum lebar hingga matanya menyipit, seperkian detik kemudian dia terkekeh sendiri membuat mereka merinding.
"Kenapa kamu Viola? memangnya ada yang lucu?" tanya Pak Herman heran dengan tingkah siswinya ini.
"Hadeh ... lucu Pak, lucu banget." Sahut Viola menggelengkan kepalanya pelan, berjalan sekitar 3 langkah ke arah Khanza tetap dengan senyum yang merekah.
"Gimana saya ga ketawa? Bacotan para pecundang ini pada ga jelas. Udah tau bakalan kalah, masih aja belagu. Bar-bar boleh, kalau ga jago jangan bar-bar."
Cewek itu berucap dengan fasih dan santai, menatap dari atas–perlahan–hingga ke atas kepala lawannya. Lalu tersenyum, senyum yang merendahkan orang lain.
Khanza mengepal tangannya kesal menahan amarahnya. Viola benar-benar seorang serangga menyebalkan yang mengganggu dimatanya.
"Sudah-sudah, sekarang karena sudah setuju. Kalian bisa pilih mau bertanding apa," ujar Pak Herman memperlihatkan berbagai macam alat-alat olahraga di depannya.
Viola melirik santai pada Khanza yang masih menggeram marah, salah satu alisnya terangkat tanda bertanya.
"Ck, terserah lo." Khanza memalingkan wajahnya kesamping setelah berucap.
Viola memasang tampang tidak berdosa, "lah, siapa yang nanya sama lo? geer amat jadi orang, pfffftt."
Wajah Khanza memerah, dia semakin malu karena siswa-siswi juga ikut menertawakannya. "Diam lo semua!"
Viola maju beberapa langkah, lalu berjongkok mengambil bola, senyumnya semakin mengembang saja. Cewek itu berbalik, "kita tanding basket!"
***
"Udah siap untuk kalah? 'Bunganya Harapan Jaya',"
"Diam lo, sampah!"
Prrittt!!!
Splaaashh
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Novela Juvenil"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...