Bagian 58

1.4K 58 2
                                        

"Setiap awal punya akhir,
setiap pertemuan ada perpisahan."

*****

"Woiii! Curut batang toge! Sohibb guee!" Seruan terdengar keras dari luar, tepat setelahnya pintu kamar rawat itu seolah didobrak oleh si pelaku.

"Biasa aja kali. Kalo tuh pintu copot, diganti pake gigi lo juga kagak bakalan bisa." Oceh seseorang yang duduk menyandar di atas ranjang pasien, menunggu jeruk yang sedang dikupas oleh kakaknya.

"Untung gue lagi sadar total nih, Vi. Kalau enggak, udah gue banting lo sekarang," gumam Gevan menyeka keringat yang ada di pelipisnya.

Cowok itu bergegas datang ketika menerima telpon dari Viola sendiri. Bahkan, sekarang masih jam sekolah!

"Nih," Raka memberikan jeruk ditangannya pada Viola, cewek itu menerima dengan senang hati.

Gevan mendekat, dia haus sekarang. Tapi sahabatnya itu bukannya perhatian agak secuil, malah asik sendiri makan jeruk.

"Bang, ada air mineral gak? Kering nih tenggorokan gue."

"Ada, tuh ambil aja, baru di beli tadi sama Bang Raka." Rega menunjuk pada nakas yang ada di samping Gevan, cowok itu mengangguk lalu mengambilnya.

Setelah asal duduk dan meneguk minuman itu hingga tandas, Gevan menghela napasnya. Ada satu hal yang terlintas di kepalanya.

"Dia ..., belum tau?" Ia bisik pada Rega yang kebetulan duduk agak dekat dengannya. Ya ..., meskipun Gevan sekarang tengah duduk selonjoran di ubin yang terasa dingin.

Rega menggeleng pelan, "kita gak mau dia malah kepikiran."

"Kepikiran apaan?" Celetuk Viola mengangkat satu alisnya.

"Kagak ada, lo masih bocil. Urusan para pejantan ini mah." Jawab Gevan sok keren, lalu beradu tos dengan Rega.

"Udah kayak ayam aja," Ujar Raka menatap keduanya yang tampak cukup kompak.

"Kalian gak ngomong, gue udah tau kali," Viola mengambil alih atensi mereka bertiga sekarang.

"Ha? Tau apaan?"

"Soal penyakit gue."

"Dan lagi, kalian itu gak pinter bohong. Percuma. Gue lebih ngerti diri gue sendiri." Lanjut cewek itu membuat mereka terdiam.

Melihatnya, raut wajah Viola berubah. Jeruk tadi yang hanya dimakannya tidak lebih dari dua bagian. Bahkan, tadi Raka sudah melarangnya memakan asam itu, tapi ia keras kepala.

"Bang, gue mau pulang."

"Hah?! Gak! Lo itu lagi sakit, dek. Gimana bisa pulang, sih?" Bantah Raka cepat, Rega dan Gevan langsung berdiri mendekat pada ranjang pasien itu.

"Gue benci rumah sakit."

"Gue benci, ketika orang-orang yang gue sayang masuk ke ruangan serba putih ini. Dan begitu keluar, mereka tidak pernah kembali."

"Iya ..., gue berlebihan. Tapi kalian tau? Itu terjadi berkali-kali sampai bikin gue muak sendiri. Pertama, Bunda. Terus, Kakek. Bahkan Fikri ...." Cewek itu menunduk lemah, ditambah rasa sakit pada tubuhnya ini, semuanya terasa semakin kacau.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang