Bagian 40

1K 69 10
                                    



Sudah cukup lama dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Lagi pula rasa kantuk dan lelah sudah menyerang. Berjalan ke tempat parkir, Rayden dan Monic serta Miki dan Fino berpamitan terlebih dahulu menggunakan mobil. Kalau tadi di jemput, tentu harus diantarkan pulang juga dong. Yakali jadi jelangkung, datang g dijemput, pulang jalan kaki. Canda.

Danil dan Yusuf tak lama menyusul pulang, Sania dan Natasha juga sudah lama beranjak pergi. Kini tinggallah Fikri, Aska, Gevan dan Viola.

"Vi, bareng kuy!" ajak Gevan yang sudah memasang helm hingga menutupi seluruh kepalanya.

"Gasslah! Balapan kuy sampe persimpangan." Balas Viola juga menaiki motornya dan memakai helm juga. Mesin motor sama-sama mereka hidupkan.

"Kita cabut duluan ya."

"Hati-hati lo pada, udah malam." Nasehat Fikri diangguki keduanya.

Gevan dan Viola saling tatap dengan tatapan tajam. "Siap kalah bro?" ejek Viola.

"Di mimpi lo—EHH ANJER CURANG OI!!" Gevan berteriak keras ketika Viola malah sudah melaju duluan ke jalanan meninggalkan dirinya. Terdengar samar cewek itu tertawa keras sambil mengejek. Gevan langsung tancap gas dan mengejarnya.

Fikri melirik Aska yang sedari tadi diam di sebelahnya. Senyum mengejek terlukis diwajahnya yang tampan itu ketika melihat ekspresi sahabatnya. Sekali lihat mungkin mereka akan mengira Aska hanya menampilkan wajah datar tanpa sedikitpun kepedulian. Tapi Fikri tau dengan jelas, cowok itu sedang menahan marahnya.

Melangkahkan kaki dua langkah, lalu Fikri berucap. "Kalau marah mah, marah aja Ka."

Aska tak menjawab, dia hanya menatap sahabatnya lalu menghidupkan mobil. Tawa Fikri pecah seketika, lalu ia ikut masuk ke sana dan mobil pun melaju ke tujuan. Karena besok tanggal merah, Fikri memutuskan untuk menginap di rumah Aska, lagipula, kedua orangtua Aska juga yang memintanya. Mungkin Fino juga sudah sampai ke sana terlebih dahulu dan membongkar isi kulkas dirumahnya.

Di sisi lain, Viola dan Gevan sibuk berpacu di jalanan. Berbagai umpatan dan makian merajam pada mereka. Tapi untuk apa peduli? Mereka hanya sedang bersenang-senang sekaligus melepaskan beban, ya meski jalanan cukup sepi karena sudah terlalu malam. Egois memang, ketika yang lain justru kesal dengan tindakan yang membuat mereka bahagia.

"Hm?"

Viola menoleh kebelakang, tampak beberapa orang bermotor besar seperti sedang mengikuti mereka. Sepertinya mereka bukan remaja SMA seperti dirinya.

Cewek itu tersenyum miring, dari keluar cafe tadi dia sudah merasa diikuti.

"Pan!" teriaknya pada Gevan yang ada di depan, langsung disusul hingga keduanya bersejajaran.

"Ape lo?! Mau ngibulin gue lagi?!" Balas Gevan dengan berteriak juga.

"Kagak Nyet! Kita diikutin, jangan liat kebelakang."

"Hah! siapa yang ngikutin?!"

"Dibilangin jangan liat kebelakang bego!!"

Orang-orang itu mempercepat lajunya hingga mendahului kedua remaja tersebut. Mereka langsung mengelilingi Viola dan Gevan hingga terkepung. Orang-orang itu berhenti, lalu turun dari mobilnya dengan beberapa alat ditangan. Sekarang keduanya dapat melihat dengan jelas, bahwa yang dihadapan mereka adalah preman.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang