Bagian 30

1.2K 89 63
                                    


Tindakan di masa lalu berdampak besar bagi masa depan.”

___________


"Viola! Di mana kamu anak sialan?!"

Teriakan keras menyambut pagi ini, padahal baru melangkahkan kaki ke dalam rumah, Rafi sudah berteriak heboh dengan perkataan kasar.

"A-ada apa ya, Tuan?" tanya Bibi ART yang mulanya sedang memasak sarapan di dapur, menghampiri majikannya itu.

"Mana Viola?!"

"A-anu, belum bangun kayaknya, Tuan. Masih di kamar," jawabnya jujur.

Rafi menggeram, langsung saja dia mempercepat langkah menuju lantai atas. Tampak Raka dan Rega baru keluar dari kamarnya masing-masing, dengan stelan almamater rapi dan tas di pundaknya.

"Lho, kok Papa udah pulang?" tanya Raka merasa aneh, padahal katanya ada urusan penting di luar kota.

"Ini gara-gara anak sialan itu! Semua proyek kerjasama dengan perusahaan dibatalkan secara sepihak!" Urat-urat  leher pria itu menonjol, dia benar-benar marah.

Tapi yang menjadi pertanyaan kenapa dia malah marah kepada Viola?

Tak! Tak! Brak!!

"Keluar kamu!!"

Viola membuka matanya, merasa sedikit terkejut dengan suara dari luar. Lihat saja sekarang, dia bahkan tidur di atas meja belajarnya karena semalaman membaca isi diary bundanya.

Matanya agak membengkak karena sempat menangis. Semua isi buku menusuk hati. Sangat. Tak terbayangkan olehnya bagaimana kondisi bundanya ketika itu.

Ada beberapa hal yang membuatnya penasaran, terutama penyebab semua sikap 'ayahnya' itu.

Brak!! Brak!!

"Buka anak sialan!!" Suara Rafi, Viola kenal sekali suara yang sudah menemaninya selama hidup ini.

Cewek itu menyimpan bukunya di balik bantal beserta kuncinya. Lalu membuka pintu kamar, tampaklah wajah merah padam milik Rafi, wajah yang terlihat sangat-sangat marah.

Viola hanya menatap datar dengan satu alis yang terangkat tanda bertanya.

"Dasar anak haram pembawa sial!"

Plak!!

Seperti biasanya, tangan kasar itu melayang begitu saja.

"Pa!!" seru Raka dan Rega terkejut, tidak dengan Viola yang merasa kalau itu sudah hal biasa. Seperti sudah makanan sehari-hari. Dia sudah tidak terlalu mempedulikan itu lagi.

"Udah kan? Gue ngantuk, mau tidur lagi." Sahut cewek itu dengan wajah datar.

"Kurang ajar!!"

Bruk!

"Agh," ringis Viola ketika dia didorong mendadak dengan kasar sampai dia terduduk di lantai.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang