"INI PASTI GARA-GARA LO! IYA PASTI SEMUA GARA-GARA LO! DASAR CEWEK BRENGSEK GA TAU MALU!! SAMPAH BUSUK!!"
Khanza berteriak histeris di kelas XII IPA 1, menunjuk kasar dengan banyak umpatan yang diucapkannya. Padahal bel masuk baru saja berbunyi, tapi cewek itu sudah membuat keributan.
Sejak tadi dia sudah seperti satpam yang berjaga di depan kelas itu, dengan penampilan yang tidak seperti biasanya. Awalnya semua hanya menganggap dirinya hanya mencari perhatian Aska. Tapi ternyata tidak. Bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi, kepalanya yang tadinya kesana-kemari langsung menatap tajam pada satu objek.
Tanpa aba-aba, tangannya langsung menjambak rambut siswi yang hampir terlambat masuk itu sambil memaki-maki. Semuanya terkejut, tidak menyangka.
"BANGKE, LEPASIN TANGAN LO!" Umpat Gevan melepaskan cengkraman tangan Khanza dari kuncir Viola dengan mudah.
"Apaan sih lo?! Ga jelas banget tau gak? Udah gila lo ya?!!" Timpal Monic tak terima sohibnya di jambak kasar seperti itu. Dia membalas dengan mendorong Khanza hingga terhuyung ke belakang.
"Beneran mulai gila kali ...," gumam Danil menatap miris, sungguh, walaupun dia diberi satu pulau dia tidak akan mau berhubungan dengan Khanza.
Viola hanya menatap cewek dihadapannya dengan tatapan tanpa minat. Terlalu malas baginya jika hanya meladeni satu cecunguk sinting itu. Apalagi, kantung matanya terlihat jelas pertanda tidurnya tidak nyenyak.
Berbalik dengan niat hati ingin tidur di pojok kelas, rambut panjangnya malah kembali ditarik kencang.
"Seneng lo sekarang kan? Semuanya hancur gara-gara lo! Semenjak lo datang ke sini semuanya berubah!! Semenjak ada lo, si cewek ga tau malu!! DASAR CEWEK GATEL! GA DIAJARIN YA SAMA ORANGTUA LO YANG NAMANYA SOPAN SANTUN?!! DASAR LO B*TCH!"
Brugh!!
"Akkkh!" Khanza meringis, memegang dadanya yang ditendang oleh Viola.
"... b*tch?" gumam Viola samar. Tangannya mencekam erat kerah baju Khanza. Tadinya dia tidak mau menanggapi hal konyol ini, tapi dipanggil begitu apalagi membawa yang namanya orang tua, emosinya terpancing.
"Ha ... ha ..., e-emang kan? Ce-cewek gatel kayak lo, kan emang nempelin cowok sana-sini. B*tch!! Dasar b*tch! ******!!"
Plaakk!!
Bruugh!
Suara tamparan dan pukulan itu seakan meredam derasnya hujan yang ricuh sedari tadi. Mereka menutup mulut dengan tangan karena kaget.
"Kesabaran gue juga ada batasnya, ...Khanza. Gue ga suka kalau cuma bacot doang, gimana kalau adu tinju sama gue? Hm?" Suara rendah dengan nada itu yang dibuat selembut mungkin, tapi malah terkesan horor bagi yang mendengarnya. Khanza terduduk memegang pipi dan perut disaat bersamaan. Tampak jelas jika tamparan Viola itu keras hingga berbekas di wajah mulusnya.
"APA-APAAN INI?!"
Seketika semua siswa langsung kembali duduk ke tempatnya masing-masing mendengar seruan Bu Seta. Guru besar itu berkacak pinggang di ambang pintu masuk.
Melihat keadaan, Bu Seta langsung paham. Dia memijit pangkal hidungnya dengan langkah pelan memasuki kelas.
"Apa lagi ini, Viola?!!"
"Dia yang mancing saya, Bu."
"B-bukan Bu! Khanza ga salah apa-apa! Tapi Viola main pukul aja!" Khanza membela diri. Seisi kelas bersorak mendengarnya, kata-kata yang menjijikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Novela Juvenil"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...