“Aku tersenyum bukan berarti hidupku baik-baik saja. Setidaknya tersenyum bisa membuatku melupakan masalah yang terjadi walau sesaat.”
.....
"Baris yang benar! angkat tangannya jangan diturunin sampai saya bilang, turun!" seru Bu Seta tegas, guru itu berjalan bolak-balik dihadapan ke-7 siswanya.
Gevan dan Viola kompak menurunkan tangan yang tadinya hormat ke tiang bendera.
Seketika Bu Seta melotot horor, "heh saya bilang jangan diturunin!!"
"Lah tadi Ibu udah bilang turun kok," ujar Gevan diangguki Viola.
"Kapan saya bilang hah?"
"Ada, coba Ibu ulang lagi tadi bilang apa?" Viola malah seenaknya menyuruh gurunya ini, dan dengan bodohnya Bu Seta mengulangi kata-katanya.
"Jangan turunin sampai saya bilang, turun!" ulangnya.
"Hah! Tuh kan! Ibu udah bilang turun, kali."
"Gimana sih Buk," Viola dan Gevan kompak mempermainkan Bu Seta, sementara wajah temannya yang lain sudah susah payah nahan ngakak, ya kecuali Rayden.
"Loh? kok saya nge-lag ya.." gumam Bu Seta pelan tapi masih terdengar oleh mereka.
"Udah kan Bu? Kita mau ke kant--" Gevan langsung membekap mulut Viola yang hampir membuat mereka terkena masalah lagi.
"Kemana?" tanya Bu Seta dengan alis berkerut.
"Ke kelas lah Bu, kita kan para siswa teladan."
"Babay Bu.." semuanya pergi melambai dengan cengiran lebar di wajah masing-masing.
Fikri dan Rayden kembali kekelas mereka, karena jam pelajaran ke 3 ada ulangan. Sementara Viola, Gevan, Fino, dan Danil mereka berjalan merencong.
Kemana? pohon mangga belakang gudang lama, milik penjaga sekolah yang rumahnya tepat disebelah bangunan itu. Selain pohon mangga juga ada pohon jambu air yang sedang berbuah.
Bener ya, kalau udah keturunan sejenis monyet ya gampang aja manjat-manjat beginian. Sekejap saja mereka sudah sampai diatas pohon. Lalu mencari posisi nyaman dan selonjoran sambil ngemil jambu disana.
***
"Bu, saya mau ikutan." Viola berucap santai pada Bu Seta—selaku pembina Osis. Orang-orang yang ada di aula itu terdiam, ada yang mulutnya mengaga sampai lalat dipojok ruangan siap-sedia buat masuk kedalam.
"Cosplay bisu apa gimana?" gumam Monik yang berdiri disebelah Viola.
Ya, Viola mengajak sohibnya ini untuk ikut serta. Tentu dengan bujukan yang tidak mudah.
"Monik, ikutan Osis yuk." Dari belakang Viola berseru lalu dengan santainya memukul Monik sebagai tanda sapaan.
Cewek itu mendengus kesal mengelus lengannya. "Kagak, lo aja sono,"
"Ayo dongg Sahabat gue yang cakepnya ngalahin Siti Badriah."
"Idih...emang gue duta shampo lain?"
"Itu Anggun geblek.."
"Oh iya,"
"Yoklah Mon, ikutan Osis bareng gue," bujuk Viola menggoyang-goyangkan bahu Monik.
"Gunanya buat gue apaan?? Nyusahin hidup aja," Monik kesal dan menepis tangan Viola, "mending bantuin gue nyari cogan," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Teen Fiction"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...