Bagian 59

1.5K 59 3
                                        

"Dendam hanya akan membuat semua hal bertambah rumit. Hanya karena sebuah hal kecil di masa lalu, datanglah banyak hal rumit di masa depan."

*****

"Kalau begitu perkenalkan, saya Dian. Kekasih bunda kamu." Pria itu tersenyum padanya, apalagi ketika melihat ekspresi terkejut dari cewek itu membuat bibirnya semakin terangkat.

"Jangan ngaco, lo!" bantah Viola. Enak saja orang ini mengaku-ngaku kekasih dari orang tercintanya. Itu sama saja dengan orang tersebut mengatakan kalau sang bunda telah berselingkuh.

"Viola, itu nama kamu kan? Kamu pasti udah menderita karena papa jahat kamu itu. Dia pasti bilang kalau kamu bukan anaknya, iya kan?"

Viola terdiam, bagaimana bisa orang mengatakan hal yang bersifat pribadi itu? Dian? Nama itu terasa tidak asing baginya.

Dian tersenyum miring, tidak mendapat tanggapan dari Viola, dirinya mendekat. Lalu menarik satu tangan milik cewek itu.

"Jangan pegang gue!" Viola langsung menepis tangan kekar itu, membuat Dian sedikit meringis. Biar kulit tangannya terbilang keras, tapi satu tepisan dari tangan kecil Viola malah membuatnya terasa sakit.

"Dengar, Viola. Saya ini ayah kandung kamu," ungkap Dian kembali membuat Viola melebarkan matanya menatap pria tersebut.

"Lo bukan ayah gue."

"Kamu hanya tidak tahu apa-apa. Kasihan sekali kamu, nak."

"Jangan panggil gue anak lo! Gue tahu, Bunda bilang ke gue semuanya! Jadi, lo jangan macam-macam." Sekarang Viola ingat, dia pernah melihat nama Dian di buku catatan milik bundanya. Dia, adalah orang yang menculik bundanya dulu, dan awal kejadian perkara yang membuat keluarganya hancur.

"Oh? Jadi kamu sudah tahu? Ah, percuma saya membujuk kamu dari tadi dengan akting." Raut wajah pria itu berubah, menjadi tatapan datar yang sangat berbeda dengan tadi.

"Langsung saja, saya ingin mengajak kamu bekerja sama untuk menjatuhkan Rafi-"

"Gak." Jawab Viola cepat.

"Emang lo ada masalah apa sih, sama keluarga gue?! Belum puas lo, udah bikin semuanya kaya gini, hah?!" Lanjut cewek itu menatap tajam pada Dian, meski tangannya sekarang kembali dicekal oleh kedua anak buah Dian.

"Masalah? Ini lebih dari masalah."

"Perempuan sialan itu, membuatku malu ..., padahal dulu ia mengejarku seperti orang gila. Tapi begitu Rafi, si bajingan itu pindah, aku malah dilupakannya begitu saja! Bahkan, ketika aku mengajaknya untuk menikah, seperti yang dulu sangat diinginkan olehnya, dia menolakku di depan umum! Ketika sampai di rumah, aku juga mendapatkan kemarahan ayahku. Seminggu setelahnya orang tua itu mati."

Viola bergidik sendiri, orang di depannya malah tersenyum ketika mengatakan bagian ketika orang tuanya meninggal. Bahkan, sekarang Dian terkekeh sendiri di sana.

Melirik pada Satria, Viola menatap jengkel cowok yang malah mengeringai kepadanya.

"Lo punya masalah apa sih sama gue, hah? Kalau emang anggota geng lo ada yang luka gara-gara tawuran, kenapa cuma ke gue doang?!"

"Tawuran? Ini gak ada sangkut-pautnya sama dendam turun-temurun antar sekolah. Lo tau Vi? Ini gara-gara Bokap lo." Lagi-lagi, alis Viola terangkat. Apa maksudnya itu?

"Perusahaan milik Papa lo, bikin gagal investasi perusahaan keluarga gue. Alhasil, perusahaan keluarga gue bangkrut dan punya hutang banyak, yang bikin kedua orang tua gue frustasi. Bokap gue mutusin bunuh diri, nyokap yang liat itu jadi jatuh sakit dan nyusul Papa gue." Viola dapat melihat, mata Satria memang tidak mengeluarkan air mata, tapi di sana tersirat amarah dan kecewa yang sangat besar.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang