Bagian 26

1.2K 96 111
                                    


“Tuhan, kenapa?”

—Viola—

*****

"Dek ... Kakek kecelakaan...."

Deg!

Wajah Viola langsung terkejut saat itu juga, paru-parunya seakan sulit mengirimkan pasokan udara ke tubuhnya.

"Kenapa, Vi?" Fikri yang peka langsung bertanya setelah melihat perubahan raut wajah cewek itu.

"Dek? Lo masih di situ 'kan? Jawab, jangan bikin gue tambah khawatir."

Perlahan, bibirnya terangkat untuk berbicara lagi, "mma-maksud lo, Bang?"

"Mending lo ke Rumah Sakit sekarang ... nanti kita jelasin di sana ... jangan ngebut, pelan-pelan aja, Kakek–tut!"

Viola memutuskan panggilan sepihak, bergegas, bahkan berlari keluar tanpa berucap.

Semuanya yang heran langsung mengikuti cewek itu takut terjadi hal buruk, meski sudah dipanggil beberapa kali dengan keras, Viola tetap tidak menyahut.

Sampai, ketika cewek itu meng-gas cepat motornya keluar dari gerbang sekolah.

"Viola kenapa? Hari ini dia aneh banget." Ujar Danil menampilkan raut khawatir, yang lainnya juga begitu.

"Kita ikutin yuk!" Ajak Gevan langsung bergegas ke parkiran.

Tanpa diundang, Bu Seta ternyata sudah berada di dihadapan para cogan itu.

"Astagfirullah setan," spontan Gevan berucap kaget dan mengelus dadanya.

"Apa maksud kamu? Ngatain saya setan, iya?" balas Bu Seta melotot marah dengan berkacak pinggang.

"Hehe, gak kok Bu, tadi kan refleks."

"Mau kemana kalian? Mau bolos lagi?"

"Kok tempe sih Bu? Dukun ya?" timpal Yusuf tidak tau diri.

"Dasar anak-anak bandel! Udah mau lulus masih aja bikin repot. Masuk kelas sana!" Bu Seta menunjuk arah kelas mereka. "Atau mau saya jemur lagi?"

"Gak!" ujar semuanya serempak.

"Tapi 'kan Bu, Aska juga–eh?! Mana tuh bocah?" Perkataan Danil terpotong karena objek yang seharusnya menolong mereka supaya tidak dihukum malah menghilang, disaat penting begini.

Punya temen kurang asem!

***

"Heh, jalan lari-lari dong! Ini kan Rumah Sakit." Tegur ibu-ibu pengunjung RS yang tersenggol oleh Viola.

Cewek itu tidak menoleh, dia terus mempercepat langkah setelah bertanya di mana ruang rawat Kakeknya.

Langkahnya terhenti di sebuah ruangan perawatan, nomor 46. Ruangan itu ... rumah sakit ini ....

Sejenak, kenangan pahit kembali menyeruak dipikirannya. Hingga panggilan dari Raka membuyar lamunannya. "Dek, sini!"

Viola kembali melangkahkan kaki, tapi pandangannya masih melirik pada ruangan itu, ruangan nomor 46.

VIOLA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang