Music On :
🎶Jikalau Kau Cinta - Judika🎶____________________________
"Satu sok jual mahal, satu lagi setengah gila. Satunya ga peka, yang lain jadi terjebak prenjon. Setres emang."
-PinoSiBocahTamvan-
*****
Beberapa hari berlalu setelah kejadian penyerangan SMA Dharmabangsa ke SMA Harapan Jaya. Semuanya berlalu dengan cukup damai, berjalan seperti biasanya.
Ya, memang seperti biasanya.
Yang rajin tetap rajin, yang malas tetap malas, yang bolos makin ngelunjak. Contohnya seperti anak-anak kekurangan asupan yang lagi-lagi cuma nongkrong di rooftop sambil nyemilin micin. Main, rebahan, main, rebahan, main, rebahan, jailin orang, sesekali berak. Itu hidup atau kepastian doi? Ga jelas amat.
Dengan berbagai kegiatan random dan tidak berfaedah sama sekali, juga kadang menimbulkan dosa, mereka tetap betah di sana.
Aska melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Menurut perkiraannya, ada sekitar lima belas menit lagi sebelum waktu istirahat.
Entah apa yang merasuki Ketua Osis itu, dan sekarang malah membuatnya ikut-ikutan bolos bersama teman-temannya yang sesat itu.
"Eh, pernah mikir ga sih. Nanti pas udah gede kita bakal gimana?" tanya Fino tiba-tiba, tangannya masih sibuk mengambil kacang-kacang yang tadi dibelinya.
Danil menoleh, lalu berujar sinis. "Kan lu udah gede, ege."
"Maksudnya pas udah lulus SMA, atau lulus Kuliah gitu... ah elo mah buaya."
Danil hanya ber-oh-ria dengan tatapan malas.
"Emang kalau udah lulus SMA, kalian bakal ngampus di mana?" sahut Fikri ikut menimpali.
"UI dong!!" Serempak mereka menjawab. Yah, kecuali Viola, Aska dan Rayden.
"Yakin lo pada bakal keterima?" Sinis cewek itu santai, bersandar pada dinding pembatas di tepi gedung. Angin sepoi menerbangkan rambutnya yang dikuncir kuda itu.
"Weh, meragukan kekuatan kita nih anak. Ya, pasti diterima lah, ya ga ya?" Yusuf menoleh meminta persetujuan dari sohibnya itu, mereka kompak mengangguk.
Aska terkekeh pelan, nada yang rendah itu membuatnya terdengar agak menyeramkan. Entah apa yang lucu di sini.
"Gila lo? Kesambet? Ngapain ketawa coba."
"Gimana mau keterima? Orang kerjaan bolos mulu tiap hari. Apa kabar nilai kalian?" Bukan Aska yang menjawab, melainkan Rayden yang saat itu masih fokus pada layar handphone.
Jleeb!!
Kok rada nyesek ya anying. Batin mereka kompak.
"Makanya belajar yang rajin, udah mau lulus juga. Emang mau ngulang setahun lagi di SMA?" Fikri berucap bijak, memang cuma dia yang masih cukup normal di sini.
"Halah, gue mah jenius, Albert Einstein aja dulu gue yang ngajarinnya." Gevan menepuk dada bangga. Menaik-turunkan alisnya dengan pongah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLA [SELESAI]
Jugendliteratur"𝓑𝓮𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓪𝓼𝓲𝓷𝓰, 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓴𝓱𝓲𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓪𝓻𝓽𝓲." Baru kisaran tiga bulan cewek satu ini pindah ke sekolah baru, tapi sudah membuat namanya kesohor ke seantero sekolah karena prestasi yang dibuatnya. Ya, prestasi...