°˖✧ 68 : : who is that??

2.6K 192 10
                                    

Seneng banget masih bnyk yg nungguin cerita ini :(
luv u more guys <//3

ayo tunjukan lagi keantusiasan kalian!!
aku bakal update secepatnya kok
btw bacanya pelan pelan ya

hAPPY READING LOVE ♡ !

hAPPY READING LOVE ♡ !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Tuk! Tuk! Tuk!

"Lenna buka pintunya, kita perlu bicara."

Jaemin mengetuk sebanyak tiga kali pintu kamarnya yang terkunci dari dalam. Sudah sekitar lima menit pria itu berdiri di depan kamarnya yang terkunci, beberapa kali juga Jaemin mengetuk pintu serta membujuk Lenna. Namun tetap saja hasilnya nihil, wanita itu sama sekali tidak menyahut ataupun sekedar membukkan pintu untuknya.

"Sayang, tolong kau buka kan pintunya. Akan aku jelaskan semuanya, aku mohon dengarkan aku dulu." Mohon Jaemin, merasa putus asa karena tidak mendapatkan respon apapun dari dalam.

Pria itu mengacak rambutnya frustasi, satu tangannya bertumpu pada pintu kamar, lalu ia menghela nafas.

Sungguh, demi apapun Jaemin tidak pernah mengira hal ini akan terjadi. Dia benar benar tidak berfikir kalau Lenna akan menjemputnya di bandara, sebab Jaemin belum memberitahu Lenna kalau dia akan pulang hari ini.

Sial! Jika tau begini jadinya, Jaemin lebih baik memilih untuk berdiam diri di dalam bandara dan tidak langsung berjalan pergi bersama wanita itu.

"Jaemin, bagaimana??"

Di tengah kegusarannya, Tara datang menyusuli Jaemin di lantai dua. Wanita itu juga ikut khawatir dengan keadaan Lenna, yang jelas terlihat kacau dan berbeda dari biasanya.

Kepala Jaemin menggeleng lemah, "dia tidak ingin membukakannya."

Tara menghela nafas, dia lalu mengambil posisi di sebelah Jaemin. "Biar aku coba bantu," ucap Tara bersimpati padanya.

Pintu lalu Tara ketuk berkali kali, "Lenna. Hey, aku tau kau di dalam. Bisakah kau bukakan pintunya untukku?? Sebenarnya apa yang terjadi padamu?? Lenna, kau dengar aku kan?? Sekarang tolong bukakan pintunya untukku, kalian harus meluruskan semuanya." Ujar Tara, sedikit berteriak agar Lenna yang berada di dalam dapat mendengar.

Lagi-lagi tidak ada sahutan dari dalam, Jaemin sudah terlihat begitu frustrasi. Dia khawatir dengan keadaan Lenna yang sedang hamil tapi terpaksa untuk melihat kejadian yang pastinya dapat melukai hati wanita itu, Jaemin benar-benar merasa bersalah.

"Kamarmu bukannya kedap suara?? Apa Lenna benar-benar bisa mendengar suara kita dari luar, sedangkan pintunya saja terkunci??" tanya Tara, setelah berfikir ada yang janggal.

"Ah, sial! Aku melupakan itu," erang Jaemin. Bisa-bisanya ia melupakan hal yang telah membuatnya merasa sia-sia setelah memanggil manggil Lenna dari luar kamar, sedangkan kamarnya saja kedap suara.

Jaemin's wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang