🥂 🥂 🥂
• • •Dinginnya udara pagi pegunungan menelusup masuk melalui sela ventilasi udara. Mentari mengintip dari sela gorden putih kamar yeonjun dan yeji. Suara burung mulai terdengar satu dua kali. Yeji menutup buku bacaannya, menaruhnya di atas meja tepat disamping ranjangnya.
Kepalanya teroleh ke kanan—sedikit menunduk menemukan satu gundukan selimut besar. Secara otomatis belah bibir mungilnya tertarik halus, melihat bagaimana tubuh yeonjun yang tenggelam di dalam selimut kecuali bagian kepala.
Setelah selesai sholat subuh tadi, yeonjun meminta ijin untuk kembali tidur. Yeji mengerti—bagaimanapun juga yeonjun lah yang mengendarai minibus tersebut kemarin selama beberapa jam, yeonjun lelah maka yeji mengijinkannya.
Yeji memandangi suaminya itu—mengusap pelan pipi yeonjun. Bagaimanapun juga, mentari sudah bersinar terang. Meski tak tega, yeji harus membangunkannya.
"Kak nuar... Ayo... Bangun. Udah siang..."
Tak dapati respon justru tiba-tiba jemari tangannya balas digenggam oleh pemuda itu. Yeji terkekeh geli, gadis itu sekarang tau bahwa yeonjun sudah bangun, namun dalam mode manja saja.
Setelah hidup satu atap dengan yeonjun selama satu Minggu, yeji mengetahui bahwa yeonjun memiliki sifat yang jarang pemuda itu tunjukkan, contohnya sekarang.
"Kakak, ayoo! Udah setengah tujuh, nanti dicariin yang lain,kak."
"Heem, bentaarr." Masih menggenggam jemari miliknya, yeonjun berujar serak layaknya orang yang baru bangun dari alam mimpi.
Menyibak selimut yang melilit kakinya, yeji berdiri selagi melepaskan genggaman mereka, ia berujar. "Lepas dulu,kak. Mau bantu yang lain di dapur. Pokoknya aku keluar kakak langsung ke kamar mandi."
"Gausah, masih ada yang lain."
"Kok gitu?" Tanyanya heran.
Terkekeh, yeonjun menggenggam kembali jemari itu dan sedikit menariknya hingga pemilik tubuh terjatuh tepat disampingnya. "Minta lima belas menit lagi." Dan serta-merta tubuh yeonjun yang sudah terbebas dari selimut tebalnya memeluk tubuh gadis itu—posisi yeji sekarang sedikit menyamping dengan wajah yang menghadap dada bidang pemuda itu tak luput dengan kaki dan juga lengan yeonjun yang mengunci figurnya.
"Kakaaakkk." yeji mengerang, sedikit memberontak dalam dekapannya.
"Hadir."
Yeji mengembangkan pipinya. Memukul lengan yeonjun menggunakan lengannya yang terhimpit, yeji menatap wajah yeonjun yang memang berada diatasnya hingga dirinya harus mendongak tak lupa dengan raut kesalnya. "Kakak lepaass. Aku gigit nih."
"Kamu gigit, aku balas gigit nanti."
Yeji total cemberut.
"Kakaakk, aku mau masak."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA; txtzy
FanfictionLingkungan yang sama, rumah yang berdekatan atau biasa disebut bertetangga. Di setiap tokoh memiliki kisahnya masing masing begitu juga mereka yang akan menjadi pameran cerita ini. Persahabatan mereka layaknya sebuah keluarga. Saling melindungi dan...