Dekat?

351 59 13
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

3 tahun kemudian—

"Bang lino! sorry, nunggu lama ya?"

Lino—pemuda yang selama ini berada disisi lia selama 3 tahun. Bagi lia, Lino berperan sebagai teman dan kakak yang hebat—

"Iya nih, lama banget. Ngapain aja lo? Berak dulu?" Ujar lino dengan tatapan jelaganya.

"Sembarangan! Jalanan macet tadi!"

"Macet apanya? Lo jalan kaki ya!"

"Terserah orang cantik dong!"

Lalu keduanya tertawa lepas bersama.

—Namun, lia tidak mengerti bahwa persaan pemuda itu masih sama untuk gadis itu. Selama ini ia hanya memendamnya dengan cukup baik. Setiap kali lino membunuh perasaannya sendiri, perasaannya itu akan selalu hidup kembali. Lia ada sosok yang bisa membuat nya gila dan waras disaat yang bersamaan.

"Enaknya buat hadiah pernikahan ryujin, bagusnya apa ya bang?" Lia bertanya dengan netra yang menyusuri setiap sudut ruangan toko.

"Lah? Mana gue tau."

Lia merengut, "Ish... gue kan ngajak lo buat bantu." Gerutu gadis itu.

Lino menghela nafas, "Nih gue kasih saran. Menurut gue kasih hadiah yang menurut lo bakal bermanfaat buat mereka. Budget lo berapa? menyesuaikan budget lo aja, Li. Gak perlu sesuatu yang mewah. Ryujin dan beomgyu juga bukan seseorang yang melihat barang dari luarnya,gue liat. Hadiah itu gak perlu seberapa mahalnya itu tapi hadiah diliat dari seberapa tulusnya orang yang ngasih dan dengan doa yang baik buat mereka, gue rasa itu udah jadi hadiah yang baik.

Lia menggaguk setuju, "Pinter juga lo, bang. Gue jadi tau mau ngasih apa."

"Apa?"

"Rahasia."

Lino menggelengkan kepalanya, merasa gemas sendiri dengan tingkah laku lia. Selama 3 tahun ini, lino juga baru mengetahui sisi lain dari lia, bagaimana kebiasaannya dan apa yang gadis itu suka dan tidak suka.

• • •

"

Duduk, gyu! Pusing gue liat lo mondar-mandir kayak setrika."

"Gue takut bang. deg-degan juga, gimana kalo gue salah sebut namanya nanti?"

"Hush! Jangan ngomong gitu. Gimana kalo salah beneran?"

Beomgyu, pemuda itu melotot. "Amit-amit." Ujarnya dengan menepuk jidat dan meja, menolak bala.

Yeonjun memutar matanya jengah. Ia menepuk-nepuk paha yunji yang tengah ia gendong. "Makanya gausah mikir aneh-aneh. Gue tau lo tegang, tapi gausah mikir yang aneh aneh. Ryujin juga pasti sama tegangnya kaya lo."

PANCARONA; txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang