[66] A Name's ?

315 58 8
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Bau bayi.

Rasanya masih belum terbiasa, tapi anehnya yeonjun menyukai aroma itu. Aroma itu, itu anak-anaknya. Benar, awalnya yeonjun terkejut sekali kenapa bisa ada bayi, kembar lagi. Lebih terkejut saat yeji bilang itu anak mereka. Yeji menjelaskan itu secara sabar dan pelan, sebisa mungkin agar yeonjun tidak bingung.

Yeonjun bukannya tidak langsung mengerti itu anaknya. Bukan, bukan seperti itu. Ia sangat percaya kalau itu anaknya. Terlebih jika diliat dari manapun salah satu dari bayi itu nampak mirip dengannya. Ia hanya tak percaya, ia sudah menjadi seorang ayah. Dan selama itu kah ia tidak sadarkan diri hingga anak-anaknya lahir begitu saja bahkan sebelum ia tahu keberadaan mereka.

"Kak nuar? kenapa ngelamun?" Yeji bertanya dengan nada lembut.

Dada yeonjun terasa nyeri, "Enggak. Bukan apa-apa."

Alis yeji meliuk bingung, kepalanya miring sedikit. Ia merasa tidak begitu. "Habis ini jam kak nuar terapi. Jangan memaksakan diri, semangat!" Ujarnya sambil melemparkan senyuman.

Yeonjun tersenyum kemudian memejamkan matanya. Yeonjun merasa menjadi lelaki brengsek karena membiarkan istrinya sendiri dan berjuang melahirkan anak mereka sendiri tanpa dirinya. Ia seperti suami dan ayah yang tidak berguna. Yeonjun sangat-sangat menyesali hal itu, hingga membuatnya kepikiran sampai kepalanya sakit.

Hari ini jadwal ia melakukan sesi terapi, ia terkadang ditemani kedua adiknya, Teman-temannya, dan yeji. Namun, terkadang yeji tidak bisa lama-lama meninggalkan si kembar yang masih belum genap satu bulan terlalu lama.

Akan tetapi untuk hari ini, secara istimewa yeji menemani yeonjun untuk terapi. Si kembar pun dititipkan pada mama jennie dan mama wendy untuk sementara waktu.

"Kalau anda rutin terapi, saya yakin anda akan cepat berjalan normal kembali." Ucap dokter yang membantu terapi yeonjun hari ini. "Anda memiliki tekad yang bagus. Perkembangan anda termasuk lumayan."


"Terimakasih, dokter." Yeji tersenyum ramah, "Kalau begitu kami izin, mari."

Yeji mendorong kursi roda yeonjun keluar dari ruang terapi. Hingga mereka menaiki mobil tidak ada percakapan. Sebab keduanya—lebih tepatnya yeonjun yang sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sampai tidak sadar yeji meminta untuk mampir ke cafe terdekat.

"Loh? kok mampir? Nanti si kembar gimana kalau nangis kita tinggal lama-lama?" Tanya yeonjun beruntun.

Yeji tersenyum tipis, Kepalanya menggeleng. "Enggak kok, tadi aku udah pastiin keadaan mereka. Kata mama si kembar ga rewel." Yeji melihat menu yang tertera. "Kak yeonjun mau makan apa?"

PANCARONA; txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang