[56] something will happen

417 67 48
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

🥂 🥂 🥂


Mungkin ini keputusan gila yang pernah lia lakukan. Lia melakukan hanya demi mamanya tidak dipermalukan pada pertemuan sosialita istri-istri rekan bisnis papanya, padahal mama jisoo sudah mengatakan lia tak perlu sampai melakukan hal seperti ini.

"Kamu serius,kak?" Tanya papa seokjin memastikan sekali lagi.

Lia menghela nafas sesaat, kemudian mengangguk dengan senyum menenangkan. "Iya,pa. Kakak serius."

Mama jisoo menatap cemas pada lia, dirinya sudah berkata bahwa kebahagiaan lia adalah yang paling penting, namun putrinya tersebut malah bilang kebahagiaannya adalah kebahagiaan diri Lia sendiri.

Papa Seokjin menghela nafas, menatap putrinya lalu beralih menatap sang istri.

"Kalau gitu gimana kalau acaranya diadain di tanggal ulang tahun perusahaan?"

Lia menatap ketiga orang di depan mereka, dua pasang orang tua disana tampak mengangguk setuju sedangkan anak mereka menatapnya dengan tatapan yang Lia tak mengerti.

"Oke."

• • •

"Kapan ulang tahunnya?"

Lia mendongak,"Kenapa?"

Pemuda itu menggeleng pelan,"Gak ada."

Lia kembali menunduk, memperhatikan kakinya yang terbalut oleh sepatu berwarna cokelat muda. "Satu Minggu lagi."

"Oh... Satu Minggu lagi?" Gumam pemuda itu. Lalu pemuda itu menatap lekat-lekat Lia,"Li, kalau gak suka gak usah."

Lia memiringkan kepalanya, "A–apa?" Tanya lia gugup.

Pemuda itu menggeleng pelan, kemudian ia tersenyum tipis. "Kalau lo gak nyaman, tutup telinga. Acuhin. Nanti mereka juga bakal nyerah sendiri."

Lia menggigit bibir bawahnya, terdiam dan pandangannya jatuh meratapi punggung tangannya di atas pangkuannya. "Tapi gue bisa liat mama sedih."

"Mama lo sekarang jauh lebih sedih, saat tau lo ngorbanin perasaan lo buat beliau."

Pemuda itu—lino, berkata dengan sendu. Lino memalingkan wajahnya pada luar yang di sekat oleh kaca cafe.

Lia tidak membalasnya. Ia terdiam kaku, lidahnya terasa kelu. Pikirannya mulai bercabang.

"Silahkan dinikmati pesanannya."

Suara seorang barista mengalun, menarik kembali Lia dalam dunia nyata.

Lino segera mengangguk, dan mengucapkan terimakasih.

PANCARONA; txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang