[63] Stay

309 64 15
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"Kak yeji, ayo makan dulu kak. Jangan gini," Yuna dengan suara sendu nya mati-matian membujuk yeji untuk menyantap makanannya walau itu hanya sesuap kecil.

Lagi dan lagi, yeji terus menolak. Perempuan yang merupakan istri yeonjun itu menggelengkan kepalanya dengan bibir pucat.

"Ka—k," Yuna menelan ludahnya dengan gemetar, "Ingat kondisi kakak, ingat kata dokter."

Yeji menunduk tak menjawab.

"Makan dikit aja, kak."

Yeji diam tak. merespon.

Yuna menghela nafas, menyandarkan tubuhnya pada sofa. Gadis itu memejamkan matanya yang terasa berat.

Setelah tiba dirumah sakit yeji mendadak pingsan begitu saja. Hal itu membuat setengah orang keluarga mereka memisahkan diri untuk menjaga yeonjun, soobin dan beomgyu dan terakhir yeji.

Karena kejadian pingsan itulah semua orang mengetahui keadaan yeji.

Yuna menoleh menghadap yeji, "Kak, kalau kakak gamau makan, setidaknya makan demi anakmu, kak."

• • •

Lia berulang kali membasuh wajahnya dengan air dari keran yang mengalir, mendongakkan kepalanya tuk melihat refleksi pantulan dirinya didalam cermin.

Kantong mata yang menghitam, bibir pucat dan wajah pias serta sembab adalah ciri lia sekarang.

Tiba-tiba terlintas satu kalimat yang buat dirinya mati matian tahan tangis.

"Pengen peluk lo sekali aja buat terakhir kalinya, tapi gak bisa sekarang."

Lia merasa matanya sudah kering, namun tetap saja setitik menetes begitu lihai. Lia mendongak mengusap wajahnya dengan kasar.

"Zay, kalau lo bangun gue yang bakal peluk lo lebih dulu. Jadi jangan bilang lo ga bakal bisa peluk gue lagi. Selamanya zay, lo bisa bukan buat terakhirnya. Gue janji."

Lia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, ia melangkah gontai. Melewati tangga rumah hingga tiba di meja makan.

"Kak, makan dulu." Mama jisoo menyerahkan sepiring nasi goreng dihadapan lia, "Papa udah kerumah sakit, kakak kalau mau jenguk abang nanti nunggu papa pulang dulu ya."

Karena kondisi lia yang masih terguncang, ia tidak bisa membiarkan putri sulungnya untuk berkendara sendiri.

"Iya." Balas lia pelan nyaris tak terdengar. Lia memakan makanannya dengan lesu.

Mama jisoo merasa dihantam pukulan keras melihat lia yang seperti kehilangan separuh jiwanya. Melihat tatapan kosong lia membuat hatinya perih tak karuan.

PANCARONA; txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang