[30] Rumah Sakit

616 75 9
                                    

🥂 🥂 🥂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥂 🥂 🥂

• • •


"Kak panggilin abang ya, suruh dia turun. Kuenya udah jadi."

Lia terkesiap ditempatnya, bahkan gerakan membersihkan mulut jieun yang kotor karena memakan biskuit terhenti. "Iya,ma."

Lia mondar-mandir di depan pintu kamar soobin. Tangannya mendadak berkeringat, dan saat hendak mengetuk rasa canggung mendominasi nya sehingga ia selalu urung. Ia menghela nafas berulangkali berusaha memberanikan diri. Baru tangan lia terangkat pintu kamar yang menjadi tujuannya terbuka lebih dahulu dan menampilkan sosok pemuda jangkung berkaus putih dengan celana training.

Pemuda itu—soobin menunduk, menatap lia yang lebih pendek dari dengan sebelah alis yang terangkat.

Lia segera menurunkan tangannya, ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lantas tersenyum kaku. "Aa-ah hai soobin—"

'loh kok?'

Lia menggigit lidahnya yang terasa kaku itu,"—Ma-maksudnya itu... disuruh mama turun. Dah ya, bye!"

Baru satu langkah yang lia ambil sebuah suara membuat jantungnya berdebar tak karuan.

"Oke."

'Jantung berdetak lah secara normal.'

Sesampainya di bawah mama menatapnya aneh.

"Kenapa kak? Kok ngos-ngosan? Wajahmu juga merah gitu."

Bukannya menjawab lia malah menenggelamkan wajahnya di boneka kelinci milik jieun. "Nggak bisa gini terus!"

"Nggak bisa apa? Oh ya soobin mana?"

"Ma."

"Oh udah turun. Sini duduk, mama sama lia tadi gabut jadi iseng bikin kue hahaha." Ujar mama jisoo diakhiri tawa lembut.

Soobin mengangguk dan duduk di depan lia, dan membuat gadis itu semakin tidak bisa mengangkat wajahnya dari boneka.

"Hey kak, ngapain?" Tanya mama jisoo yang menyadari salah satu putrinya bertingkah aneh.

"Ng–nggak papa,ma."

"Ohh... Berarti apa-apa." Ujar mama membalik perkataan lia. Lalu matanya menangkap gerak-gerik soobin yang tak seperti biasanya, pemuda itu memalingkan wajahnya dan sesekali menyibukkan diri dengan ponsel. "Kalian ini berantem ya?"

Lia mengangkat wajahnya karena merasa sesak. Wajahnya bahkan memerah. "Enggak—"

"Enggak—"

Keduanya menjawab bebarengan dan berhenti di tengah kata secara bersamaan.

"Kalian kenapa sih? Mau cerita sama mama?"

"Kapan kapan aja deh ya ma." Jawab soobin lembut. Jisoo mengangguk memahaminya.

PANCARONA; txtzyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang