This real?

259K 23K 723
                                    


Tut. tut. tut.

Suara teratur dari mesin Elektrokardiogram menguasai ruang sepi yang di dominasi warna putih itu.

Di tengah ruangan, tepat nya di brankar pasien, terdapat gadis yang tengah terbaring lemah dengan infus yang berada di punggung tangan bagian kanan, juga perban yang melilit bagian kening.

Enghh..

Lenguhan terdengar pelan dari bibir tipis pucat nya, di ikuti dengan kening nya yang mengernyit sebelum manik itu membuka perlahan.

Kabur.

Pandangan nya memburam, mungkin belum terbiasa dengan cahaya yang menusuk kornea nya.

hingga selang beberapa detik pandangan nya mulai jelas, manik nya berkeliaran memandang kesebagian ruang yang terasa asing bagi nya.

"Gue dimana?"

Gadis itu tertegun dengan suara yang keluar, itu bukan suara nya.

dengan sisa tenaga ia menegak kan badan, denyut yang ia rasakan refleks membuat tangan nya terangkat menyentuh kepala.

Perban.

Ia bisa merasakan itu. Ah.. ia ingat kecelakaan yang terjadi di sirkuit hari itu.

Ia selamat?

Padahal ia sudah merasakan jika ajal nya mendekat.

Klek.

Suara pintu yang terbuka membuat gadis itu menatap awas, ia melihat seorang wanita paruh baya yang menatap nya dengan manik membulat dan langkah cepat menghampiri nya.

"Letta, Kamu udah bangun? Astaga.. kamu bikin Mama khawatir Sayang"

Hah?

Siapa yang orang itu panggil Leta? Diri nya? Ia yakin jika wanita yang kini memeluk nya itu salah masuk ruangan.

Ia memejam kan mata, Ingin mendorong namun urung karna sadar wanita itu lebih tua dari nya, meskipun ia sering di sebut berandalan, bunda nya selalu mengajari nya sopan santun, terlebih untuk seseorang dengan umur di atas nya.

"Maaf tan."

Suara itu lagi lagi terdengar, Ia sendiri heran mengapa kini suara nya berubah lembut tanpa kesan tegas sama sekali, bukan khas seorang Feraya Alika Yohanes.

Namun setidak nya, wanita yang menyebut diri nya Mama itu kini menarik diri.

Kening wanita itu mengerut, bersama dengan bibir nya yang bergetar berusaha mengeluarkan suara.

"Letta, Ini Mama Nak, maaf karna Mama jarang sekali pulang, Letta maafin Mama kan?"

Letta Letta Letta.

Wanita paruh baya ini apa tak bisa membedakan wajah anak nya sendiri.

"Saya gak ngerti tante ngomong apa, Letta siapa yang tante maksud?"

Raya bisa melihat jelas manik wanita itu yang membola terkejut, juga jangan lupakan jika kini wanita itu keluar dengan langkah cepat sembari menutup mulut nya menahan isakan.

Feraya tebak, jika wanita itu kini menyadari jika ia bukan anak nya, kasihan.

Lagian ini Bunda nya kemana sih? Kenapa wanita yang selalu mengomeli nya karna kenakalan nya itu tak juga memunculkan diri?

Klek.

Tap
Tap
tap..

Suara itu kembali membawa manik Raya menuju pintu yang terbuka, Seorang dokter bersama dengan dua suster yang membantu kini menghampiri nya dengan ekspresi seolah olah Ia akan mati dalam beberapa menit kedepan.

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang