Air mata Letta

66K 8.5K 511
                                    


Malem Pren☺

Vee lg merem makanya gelap, mwehehehehhe

Sekali lagi Vee tekan kan ya mumpung belum ending, End versi Wp nya bakal sad, jadi buat yang gak siap atau gak biasa sama sad End, Vee gak papa kok kalau kalian mau berhenti baca disini.

Tapi buat kalian yang masih tetep kekeh lanjut, jangan ada penghujatan di part belakang nanti ya, Vee udah kenyang soal nya. Awokawok.

Happy reading❤

****

"Al, Letta gak ada di kamar nya," seruan bernada panik dari Zevan itu membuat Albirru menegakkan badan dengan rahang mengeras, ia memang datang tanpa membuat janji dengan Letta lebih dulu, ia tau keadaan mental gadis itu masih tak baik baik saja, Letta masih menyalahkan diri nya atas kepergian Zidan kemarin.

"Gimana bisa? lu gak liat? Mama sama Papa?"

"Mama sama Papa ziarah ke makam Zidan, mereka minta gue buat jagain Letta dari tadi, gue gak kemana mana, dari tadi tetep disini gak ada Letta keluar."

Albirru mengumpat tertahan, tangan nya merogoh saku celana, menghubungi nomor Letta yang menyambung namun--

"Handphone nya gak di bawa?" Tanya Albirru saat merasa dering yang terdengar begitu dekat, Zevan mengendik kan bahu, berjalan cepat kembali menuju kamar Letta, tak selang beberapa detik kembali dengan ponsel bercassing putih di tangan nya.

"Gak di bawa Al."

Albirru berdecak, tangan nya menekan pelipis sebelum akhir nya lelaki itu melangkah menuju halaman rumah.

"Mobil sama motor nya ada?"

"Ada, motor Zidan--"

"Gak ada, Shitt!!"

Dengan langkah tergesa Albirru menuju mobil nya, mental gadis itu masih kacau, dan ia tak ingin jika gadis nya itu kenapa napa.

Sembari menggerak kan kemudi menuju luar area rumah Maheswara, ia menekan tombol yang berada di kemudi mobil nya yang bersambung dengan ponsel salah satu pengawal kepercayaan nya.

"Cari gadis saya!"

Singkat, padat, jelas. Khas seorang Albirru sekali pemirsah.

💢💢💢💢💢

"Ray." Raya menatap Gave dengan raut wajah datar, sulit rasa nya terlihat baik baik saja sekarang, lelaki dengan hoodie hitam itu mengerutkan kening, namun tetap tak mempermasalahkan, dari awal Raya memang sering memberikan pandangan seperti itu jika sedang dalam mood buruk.

"Gue mau kedalem," seru Raya yang lebih terdengar seperti gumaman, tanpa menunggu jawaban gadis itu melangkah menuju ruang raga nya berada.

"Boleh, tapi kemarin tubuh lu drop." Gadis itu menghentikan langkah nya sebentar, namun tanpa mengeluarkan suara, Raya kembali menyambung langkah.

Gave menatap punggung Raya yang mulai menjauh, sebelum akhir nya menghilang setelah gadis itu menutup pintu.

"Ada sesuatu kayak nya." memilih mengendik kan bahu, lelaki itu kembali bermain dengan ponsel nya.

Raya berjalan ke arah raga nya berada dengan langkah gamang, hal itu mengingatkan nya pada posisi nya kemarin saat menemui Zidan, beda nya kali ini ia sendiri, tanpa Zevan yang menuntun nya untuk tetap tegak berjalan.

"Ta--" Suara nya terdengar bergetar, dari kemarin ia memendam rasa berat itu sendiran, kepergian Zidan bukan hanya mempengaruhi nya, terlebih pada gadis yang jiwa nya ada dalam raga nya saat ini.

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang