Raya melajukan mobil nya saat di rasa hari sudah mulai petang.Tata tadi menelphonenya, mengatakan jika Papa, Mama, dan Zevan di buat kelimpungan dengan Ia yang masih juga tak pulang.
Terbiasa menjadi Raya yang dulu dimana Ia bisa pulang hingga larut malam membuat nya tak sadar waktu.
Ia bahkan lupa jika kini menempati tubuh seorang gadis polos yang baru saja melakukan perubahan besar.
Raya menajamkan penglihatan nya saat manik nya menangkap beberapa motor besar yang terparkir di depan sebuah gang buntu.
Jangan kalian tanya bagaimana Raya bisa tau tentang itu, karna seperti yang kalian ingat, ia tau banyak seluk beluk jalanan, apalagi di jakarta, Bandung--jakarta tak sejauh itu menurut Raya.
Gadis itu otomatis menghentikan mobil nya, Ia membuka kaca mobil nya lebih dulu sembari menajamkan pendengaran.
Dan suara pukulan yang terdengar jelas membuat Raya menghembuskan nafas lelah, setelah nya ia kembali menutup kaca mobil dan di susul dengan diri nya yang keluar dengan nimik santai seakan tak lagi menghadapi hal mencekam sekarang.
Raya menangkap balok kayu yang terlempar dari dalam hingga hampir saja mengenai kepala nya, ia mendengus malas, kembali mengambil langkah dan menonton pertikaian yang sangat tak seimbang itu sembari menyandarkan tubuh nya di dinding sebuah bangunan.
Raya dapat menyaksikan seorang lelaki dengan wajah yang sudah babak belur melawan lebih dari lima orang disana, di tambah dengan orang orang tadi yang terlihat membawa senjata.
5 menit belum tumbang saja Raya pastikan akan memberikan tepuk tangan, tak mudah melawan musuh dengan tangan kosong, apalagi dengan kenyataan jika lelaki tadi sudah mulai terlihat kewalahan. Raya yakin jika perkelahian itu sudah terjadi cukup lama.
Pintar sekali mereka memilih tempat, Ia tau jika disana jarang sekali ada kendaraan lewat, nama nya juga gang buntu, memang apa yang akan mereka dapati disana kecuali pengeroyokan seperti yang tengah Raya tonton sekarang.
Sebuah kaleng minuman menarik perhatian nya, tanpa menunggu lebih lama Raya menendang kaleng itu. Kekehan renyah nya muncul di detik ketiga saat kaleng tadi mengenai kepala pelontos seseorang yang tengah gencar gencar nya menyerang lawan.
"Sialan!"
Si kepala plontos mengumpat, membuat kawan nya yang lain turut menengok kearah nya. Bukan nya takut, Raya malah memandang nya dengan tatapan meremehkan.
Raya bisa melihat jika korban pengeroyokan tadi sudah tumbang dengan nafas memburu, syukur nya lelaki itu masih sadar.
"Woi.. jangan cari gara gara lu!"
Perhatian Raya kembali terpusat pada segerombolan yang Raya lihat berjumlah 7 orang. Pantas saja jika lelaki tadi kewalahan.
Apalagi dengan adanya pisau, rantai motor, dan beberapa tongkat baseball yang berada di tangan mereka masing masing.
"Banci!"
Satu kata terlepas dari mulut nya membuat mereka tak lagi menahan diri.
Satu pukulan mengarah pada perut nya yang dengan segera Raya tangkis, Ia memberikan pukulan pada lawan nya yang lain dan tepat mengenai sudut bibir nya, tangan nya melakukan gerakan memiting menghindari sebuah pisau yang tertuju pada lengan nya.
Pisau tadi Raya ambil dengan orang nya yang ia dorong hingga merobohkan dua orang lain yang hendak memberikan serangan.
Suara erangan kesakitan terdengar keras di telinga nya.
Raya tersenyum smirk, berbeda dengan empat orang lain yang siap memberikan serangan, Ia dengan lihai memainkan pisau lipat yang berada di tangan nya hasil ia menjarah dari seseorang yang kini terlihat terkapar di tempat bersama dengan dua orang teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Or Feraya
FantasyVioletta Devana Maheswara Cupu, bodoh, lemah, ceroboh, gak guna, korban bully, dan sampah, kata kata itu rasa nya sangat cocok dengan kehidupan seorang Violetta Memiliki keluarga yang lengkap, dengan Kedua orang tua kaya dan juga kedua Abang yang me...