Morning bestiee..
Vee bangun pagi karna udah gak sabar up part ini
Siapkan tisu guys, buat yg pngn nangis aja😭😭
Kalau kalian mental baja gak usah gpp.
Vote dlu plis
Happy reading❤
*****
Suara sirine mobil ambulan yang terdengar memekak kan menyita perhatian beberapa penghuni jalan, para pengendara mulai menyingkir perlahan memberi laluan untuk mobil yang di yakini kini tengah mengangkut pasien darurat dari kejadian tabrak lari di depan toko kue yang sudah melegenda itu.
Tangis sesenggukan terdengar dari remaja perempuan dengan penampilan berantakan yang menjadi salah satu orang yang berada di dalam sana, tangan nya menggenggam tangan lelaki yang sedari tadi masih diam dengan manik tertutup dan mulut yang terpasang masker oksigen.
Darah lelaki itu terdapat dimana mana, terutama di bagian kepala yang kini mengalir menuju ke arah pelipis dan mata, seragam putih nya sebagian sudah tak lagi terpakai, ada alat alat medis yang menempel pada dada lelaki itu.
Raya masih tak percaya dengan kejadian yang beberapa menit lalu menimpa nya, setau nya keadaan jalanan tadi cukup lengang saat ia menyebrang, namun sebuah mobil suv hitam yang tiba tiba saja datang dengan kecepatan di atas rata rata membuat Raya hampir saja menjadi korban, sebelum sebuah dorongan keras menyentak nya dan membuat nya terjatuh di dekat trotoar jalan.
Raya tak tau mengapa Zidan berada disana, saat lelaki itu berteriak Raya masih linglung dan merasa jika tubuh nya tak bisa bergerak. Zidan, orang yang paling di fikir nya mustahil menolong nya itu entah kenapa kini tiba tiba rela mengorbankan nyawa nya sendiri.
"T--ta--" Suara tercekat dari pemilik tubuh yang kini berada di atas brankar itu membuat tangis Raya semakin mengeras, tubuh gadis itu bergetar, bahkan tanpa perduli jika yang berada di hadapan nya adalah Zidan. Orang yang notabene nya ia benci.
"Kenapa hiks? kenapa lu nolongin gue, lu--lu benci sama gue Zidan." Raya berujar dengan sesenggukan, air mata gadis itu sudah membasahi seluruh wajah nya yang bercampur keringat.
Zidan tersenyum tipis, erangan nya keluar saat rasa sakit itu mendera semakin dalam, namun hal itu tak menghentikan tangan nya yang bergerak melepas masker oksigen yang menghalangi berbicara.
"Lu gila Hah? Jangan lepas Zidan! kalau lu emang benci gue gak gini juga cara nya." Zidan masih bertahan dengan senyum tipis nya, manik lelaki itu terpejam dengan tubuh menegang menahan sakit, hingga saat sengatan itu hilang, manik nya terbuka dan di suguhkan wajah cantik adik nya yang menatap nya khawatir.
Wajah cantik yang beberapa bulan ini tak pernah lagi memunculkan senyum saat bersama nya.
para petugas kesehatan disana tak banyak berkomentar, yang mereka takut kan, hanya kali itu kesempatan dua saudara itu berbicara untuk terakhir kali. Zidan bahkan semat mengalami henti nafas dalam beberapa detik tadi.
Tangan lelaki itu bergetar, berusaha terangkat untuk merangkum wajah Letta, tepat nya menyapu air mata Raya yang sedari tadi tak berhenti menangisi keadaan nya.
"Pa-pangh gil gu-gue bang." Ucapan terbata bata Zidan semakin membuat Raya mengeraskan tangis, dia memang membenci Zidan, tapi tidak untuk saat ini, saat lelaki itu bahkan rela menaruhkan nyawa nya sendiri untuk nya.
"Bang! Bang Zidan, janji sama gue lu harus bertahan, yha?, gue mohon hiks." Zidan tak menjawab, fokus lelaki itu hanya pada Raya yang masih tak menghentikan tangis nya, tangan nya masih berada di tempat yang sama, menyapu basah yang mengalir dan tak berhenti hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Or Feraya
FantasyVioletta Devana Maheswara Cupu, bodoh, lemah, ceroboh, gak guna, korban bully, dan sampah, kata kata itu rasa nya sangat cocok dengan kehidupan seorang Violetta Memiliki keluarga yang lengkap, dengan Kedua orang tua kaya dan juga kedua Abang yang me...