Drama pagi hari

201K 21K 241
                                    


Raya menatap puas pada tampilan diri nya yang kini mengenakan seragam khas SMA ANGKASA.

Seragam dengan perpaduan warna nude dan juga putih itu tidak terlihat kebesaran, tidak juga terlihat kekecilan di tubuh Letta.

Ia mati matian berganti hingga 5 seragam sekalipun, menahan kesal karna seragam yang tertata di lemari Letta benar benar menenggelamkan diri nya.

Beruntung mata jeli nya menangkap seragam yang di letak kan pada barisan paling belakang, Raya yakin jika seragam ini tak pernah sekalipun Letta coba.

Dan sungguh sesuai ekspektasi, seragam itu kini melekat indah dengan ukuran yang benar benar pas pada badan nya.

Rambut nya sengaja ia gerai, dengan wajah natural tanpa make up yang benar benar lebih baik dari pada kemarin.

Wajah Letta saat ini tak lagi berminyak dengan kusam yang sedikit memudar, namun Raya yakin itu tak akan membuat orang orang berfikir dua kali untuk menatap nya.

Tangan nya bersedekap, menunjuk pada diri nya sendiri dengan bibir yang terangkat.

"Lu bukan lagi Letta yang dulu, di dalem tubuh ini ada jiwa Raya, bukan Letta yang bisa diem aja saat di tindas, so kita tampar balik mereka yang udah ngehina lu, dengan kenyataan kalau mereka gak lebih berharga dari sepatu yang sekarang lu pakek."

Raya tersenyum puas sembari mengacungkan kaki yang terbalut sepatu kets putih itu kedepan, tangan nya menggaet tas punggung putih yang sedari tadi sudah ia siapkan sebelum akhir nya keluar dari kamar.

Suara langkah yang terdengar mengalihkan para penghuni meja makan yang kini terisi dengan 3 orang itu.

Raya mengerutkan kening, merasa ada yang janggal saat melihat wanita paruh baya yang harus nya kini berada di negara tetangga itu kini malah sibuk mengoleskan selai pada roti di tangan nya.

"Mama?"

Allisa yang di panggil hanya bisa menatap cengo putri nya, begitu pun dengan satu lelaki lain nya yang juga menampilkan Ekspresi yang sama.

Berbeda dengan seorang lelaki lain yang kini malah tersenyum tipis, sembari kembali melanjutkan menyuapkan roti yang sudah teroles selai coklat pada mulut nya.

"Letta? Ini Letta anak Mama?"

Raya mengangguk sekilas, ia hampir saja mendorong tubuh Allisa saat wanita itu dengan tiba tiba memeluk nya erat.

Aish.. Raya memejamkan mata, menahan dengusan kesal apalagi umpatan yang hampur saja keluar.

Sial sekali berada di tubuh Letta, dua hari ia sadar dan dua kali pula ia medapat serangan pelukan dari orang yang berbeda.

Jika Raya masih berada dalam raga nya yang dulu, Ia bahkan tak akan sungkan untuk menabok orang yang berniat memeluk nya.

"Letta kok tiba tiba berubah gini, dulu Mama selalu bilang Letta buat ubah penampilan biar gak di katain temen temen tapi Letta gak mau."

Raya malas menjawab, lidah nya masih terlalu kaku menyebut diri nya Letta, maka dari itu ia memilih menghendik kan bahu saja.

"Aish.. Maaf ya sayang, Mama lupa kalau kamu hilang ingatan, tapi gak papa, lupain yang lalu, Letta mulai kehidupan Letta lagi dari sekarang ya, Ayo.. sarapan dulu!"

Raya malas sebenar nya, apalagi harus duduk berhadapan dengan kedua abang nya yang kini menampilkan mimik muka berbeda beda.

Zidan masih menatap nya dengan manik membulat bahkan terlihat hampir keluar dari kelopak nya, dan Zevan yang menatap nya dengan pandangan datar tanpa ekspresi, Raya akui, Zevan memang lebih susah di tebak dari pada Zidan yang lebih blak blakan.

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang