Mengungkap

76.1K 9.8K 476
                                    

Morning All..

Gimana kabar kalian hari ini?

Part ini buat kalian yang kangen sama babang Gave ya😌

Thanks buat kalian atas doa nya kemarin, Vee uah sembuh dong, Alhamdulillah❤

Yang lagi nganggur, kuy gas langsung baca.

Vote nya jangan lupa ya

Absen dulu kuy👉

Happy reading❤

****

Keluar dari gerbang SMA ANGKASA, Raya meringis tipis saat menemukan Gave yang berada di sebrang jalan dengan sebatang rokok yang terselip di bibir nya, juga semangkuk bakso mang Ali yang memang menjadi langganan lelaki itu.

Menengok kanan dan kiri, ia melangkah terburu buru saat netra nya menangkap jalan yang mulai lengang, ia mengangguk menyapa mang Ali yang tengah tersenyum ke arah nya.

"Gav," teguran dari nya membuat Gave menengok sekilas sebelum membuang sepuntung rokok yang masih panjang dan menginjak dengan ujung sepatu.

"Udah nunggu lama?"

"Gak. Tadi sekalian makan." Raya mengangguk singkat merespon ucapan Gave. Ia duduk tepat di samping lelaki itu, melepas tas punggung nya yang berat karna beberapa buku paket.

"Mau ngobrol di sini apa cari tempat yang lebih privasi?"

"Cari tempat lain, boleh?"

"Tentu. Ayo!"

Gave beranjak dari tempat duduk nya, lelaki itu dengan raut wajah datar menggapai lengan Raya agar ikut berdiri tanpa aba aba. Tunggu, tapi bukan nya--

"Eh--tapi Gav, gak nunggu--"

"Es teh nya mas?"

Gave terdiam, terlihat masih mencerna ucapan sang mamang penjual bakso sebelum ringisan tipis yang keluar membuat Raya mengulum senyum, saking semangat nya, lelaki itu bahkan lupa dengan pesanan nya tadi.

"Mentang mentang neng gelis yang nyamperin, langsung insomnia dadakan ya mas."

"Amnesia Mang," ralat Gave meneguk es teh yang sudah berada di tangan nya tanpa duduk terlebih dulu.

"Itu maksud nya mas, maklum otak tua, beda sama yang muda," tutur mang Ali membela diri, Raya sendiri hanya mengulum senyum. Seakan flash back kejadian itu mengingatkan nya dengan saat ia baru terbangun di raga Letta dulu.

"Ayo!"

Raya mengangguk kecil sembari kembali mengenakan tas nya, ia beranjak bersama dengan senyum tipis berpamitan pada mang Ali.

"Jangan senyum, entar mang Ali bisa khilaf."

"Saya mah inget umur mas, yang biasa khilaf kan yang muda."

"Jangan fitnah mang, inget umur entar dosa makin numpuk."

"Ealah bocah edan!" Raya terkekeh geli, begitu pula dengan Gave. Bukan hal aneh jika Gave dan mang Ali sering berdebat, kedua lelaki berbeda generasi itu memang selalu seperti itu jika bertemu, namun hanya sebatas guyonan sekilas. Bukan lain lain.

"Tangan!" Satu kata perintah dari Gave Raya jawab dengan putaran bola mata malas, namun tidak dengan tangan nya yang tetap melingkar perut berotot lelaki itu.

"Hati hati mas, bawa orang cantik, jangan ngebut," nasihat Mang Ali dengan tangan yang mengelap mangkuk yang baru saja selesai ia cuci.

"Siap mang, janji gak bakal gak ngebut."

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang