Raya mendesah resah saat talphone nya kembali berdering menunjuk kan nomor Tata.Beberapa menit lalu gadis itu sudah menalphone nya dengan memberikan khutbah panjang gara gara ia yang belum juga pulang dan tak memberi tau lokasi nya sekarang.
Kali ini ia tak ingin mengangkat panggilan dari Tata lagi, alih alih cepat pulang, yang ada ia akan masuk ke rumah sakit kembali karna menerima panggilan saat mengemudi seperti sekarang.
Apalagi dari Tata, pekikan gadis itu pasti tak akan membuah kan hal baik nanti nya.
Juga jangan lupakan kondisi jalanan yang kini mulai kembali memadat meskipun tak macet seperti tadi.
Sekarang ini, Raya tengah menuju ke arah apartmand lelaki yang kini memejamkan mata disamping nya. sesuai keinginan lelaki itu, ia tak mau di bawa kerumah sakit dan lebih memilih meminta untuk membawa nya menuju apartemen nya sebelum menutup mata.
Hal yang membuat Raya tak mampu menahan umpatan, untung saja ia tau apartemen yang di maksud, kalau tidak Raya tak yakin bisa sampai dalam waktu 3 jam kedepan karna mengikuti GPS di ponsel nya.
Beberapa menit setelah nya Raya menghentikan laju mobil nya saat mersi hitam itu terparkir apik di depan sebuah gedung apartmand.
Raya membuka kaca mobil nya dan melambaikan tangan ke arah keamanan yang berjaga. Lelaki paruh baya berbadan tegap itu mendekat dengan langkah tergopoh gopoh.
"Ada yang bisa di bantu Mbak?" Raya berdehum mengiyakan, tangan nya terangkat menunjuk ke arah Lelaki yang masih tak membuka mata di samping nya.
"Bener ini cowok punya apartmand disini?"
Keamanan tadi menyipitkan mata, sebelum akhir nya, manik nya membola sembari mengusap mata nya beberapa kali memastikan, Raya sendiri mendengus di tempat.
segitu gak percaya nya.
"Bener Mbak, itu Mas Biru nya kenapa?"
Biru? Raya memicingkan mata, ini cowok nama nya Biru maksud nya? Gadis itu masih sempat sempat nya mengulum bibir kedalam menahan senyum geli, itu nama apa warna?
"Di keroyok orang, bisa bantu gue bawa dia kedalem?" Keamanan tadi tentu saja mengangguk cepat, bagaimana pun lelaki yang kini terlihat penuh dengan luka lebam itu adalah salah satu tamu kehormatan di sana.
Raya turun dari mobil nya dan membuka pintu penumpang di samping lelaki bernama Biru itu, ia menyingkir mempersilahkan keamanan tadi memapah tubuh Biru.
Namun belum juga keamanan tadi menyentuh nya, Biru sudah membuka mata dengan memandang keamanan tadi tajam.
"Eh--Mas Biru maaf mas, saya bukan bermaksud lancang, tadi saya cuman--"
"Lu pergi, biar dia yang anter gue ke atas."
Raya membolakan matanya saat Biru dengan seenak nya berbicara, Hell.. mengapa ia jadi seperti tersangka yang harus bertanggung jawab pada korban nya sekarang? Raya yakin jika lelaki yang tengah memandangnya dengan sorot memerintah itu memang edan.
"Apa? Gue gak mau. Badan lu gak seringan itu buat gue."
Lelaki dengan manik berwarna biru savir--yang baru saja Raya tau--itu menyipitkan mata, mencoba mengintimidasi Raya meskipun yang ada sorot itu tak berpengaruh sama sekali untuk seorang Raya.
"Anter gue ke dalem, nolong jan nanggung nanggung."
Raya memandang lelaki itu garang, suka gak tau diri emang, kalau Raya tak menolong nya, bisa di pastikan lelaki itu akan sekarat di tempat. Aish.. tau begini Raya biarkan saja tadi, entah kenapa Ia banyak menyesali keputusan yang ia ambil belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Or Feraya
FantasyVioletta Devana Maheswara Cupu, bodoh, lemah, ceroboh, gak guna, korban bully, dan sampah, kata kata itu rasa nya sangat cocok dengan kehidupan seorang Violetta Memiliki keluarga yang lengkap, dengan Kedua orang tua kaya dan juga kedua Abang yang me...