Perkara Memar

138K 14.9K 342
                                    


21.55

Raya membuka pintu rumah dengan pelan, manik nya menyipit dengan kepala yang terjulur melihat keadaan di ruang tamu yang terlihat sepi.

Langkah nya menjinjit, berjalan tanpa suara ke arah tangga, beruntung nya nasib baik berpihak pada nya kali ini, Raya memilih melepas sepatu nya, berjalan tergopoh menaiki tangga dengan bertelanjang kaki agar tak terlalu meninggalkan suara.

Ceklek.

Huh..

Gadis itu menghembuskan nafas lega, rasa nya seperti baru saja melewati tantangan dalam Benteng Takeshi, Kalian tau acara itu kan? Ah.. sudahlah Raya malas menjelaskan.

Berjalan menuju kasur nya, Raya di buat terpekik dengan keberadaan seseorang yang tengah duduk anteng dengan wajah mengintimidasi, jangan lupakan tatapan tajam yang mengarah pada nya itu sekarang.

Astaga, Raya bukan nya takut, ia hanya terkejut. Catat. terkejut, lagi pula mengapa Abang pertama Letta itu ada di kamar nya malam malam begini, sungguh kelihatan sekali jika Abang pertama Letta itu tengah gabut bin tak ada kerjaan.

Raya menaruh sepatu nya berjejer dengan yang lain, Ia tengah capek sekarang, tak ingin melakukan apapun lagi selain mandi dan tidur.

Dan kedatangan Zevan ke kamar Letta, adalah tanda tanda jika keinginan nya itu tak akan terjadi dalam beberapa menit kedepan.

"Lu ngapain sih?" Zevan masih menatap Raya tajam, sampai beberapa detik setelah nya decakan malas terdengar, Ia sedari tadi khawatir karna adik nya itu belum juga pulang, dan sekarang lihat, apa yang malah gadis itu katakan.

Benar benar di luat ekspektasi nya, Ia fikir Raya akan menjelaskan kemana ia pergi tadi.

"Dari mana?"

Raya membanting tubuh nya ke kasur, ia memejamkan mata tanpa berniat sekalipun membalas ucapan Zevan.

"Dek."

"Gue capek, pengen tidur." Raya harap Zevan mengerti dengar sindiran halus dari nya, lagi pula Raya juga malas menjelaskan kejadian tadi, menceritakan hal itu sama saja membuat nya ingat dengan lelaki Sialan tak tau terima kasih tadi.

Zevan menghembuskan nafas lelah, Ia memang jelas melihat gurat lelah di wajah adik nya itu, Zevan memilih beranjak, hubungan nya dan Raya masih belum sedekat itu sekarang.

Maka dari itu ia memilih pergi dari sana, setelah sebelum nya sempat menyapu puncak kepala Letta dan mengucapkan selamat malam.

💢💢💢💢💢

Raya mendesah sembari menatap pantulan wajah nya di cermin wastafel, ada memar di pelipisnya yang sudah membiru, Raya yakin itu pasti karna kejadian kemarin.

Masalah nya sekarang, Raya tak tau ingin menutupi memar itu dengan apa, luka sekecil itu tak ada seujung kuku nya bagi Raya, Ia bahkan tak merasakan nyeri nya sama sekali.

Ia hanya tak ingin kedua orang tua Letta dan Zevan mengetahui nya, kalau Zidan mah Raya tak perduli, toh ia yakin 100% jika lelaki itu juga masa bodo.

Satu ide timbul di otak nya yang tiba tiba menyala terang bak lampu, Ia dengan cepat mengeluarkan ponsel yang berada di saku seragam nya.

Ok Goggle Cara menutupi memar agar tak terlihat.

Raya tersenyum puas, hanya menunggu sedetik dan beberapa tulisan disana membuat Raya tersenyum lebar, namun--

"Lah, Om google nya salah faham."

Raya terkikik geli, alih alih jawaban menutup memar, yang tertera disana malah jawaban menutup Kissmark.

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang