Pengakuan

71.8K 9.8K 1K
                                    

Buat yang nagih double up nih

Serius ngebut bgt nulis nya.

Maap, kalau gak terlalu mengbaper ya😭😭

Oh ya cuman mau bilang, ada beberapa komen di part part awal yang aku hapus ya, soal nya jujur bikin gue sakit ati, dari pada ntar males nulis langsung ku hapus aja biar gak panjang masalah nya ygy

Dahlah Vote dulu kuy.

Happy reading❤

*****

Raya menghela nafas saat sudah satu jam lebih setelah kejadian peperangan itu namun Albirru masih juga belum membuka mata, tepat saat Aryo pingsan di tangan Albirru, beberapa anggota geng Blackers melarikan diri, berikut juga Panji yang ternyata sudah melarikan diri lebih dulu setelah menghadapi nya, pengecut memang. Raya sendiri tak kaget, ia sudah lebih dulu menebak itu saat Panji berpura pura pingsan setelah menghadapi nya, beruntung sebelum nya ia sempat menghajar Panji habis habisan.

Mengenai Aryo, lelaki itu sudah di bawa oleh para inti Phoenix menuju pihak berwajib, berikut beberapa anggota Scorpion termasuk Gave, kedua geng itu terlihat akrab setelah kejadian tadi, apalagi Anus dan Gara, dua lelaki itu terlihat paling bersemangat meskipun dengan beberapa memar di wajah nya karna kehadiran Orion dan Adrian, merasa jika mereka mempunyai lawan bertimpal lelucon yang seimbang.

Kembali menuju Albirru, Raya menyapu rambut lelaki itu pelan, banyak nya lebam yang menghiasi wajah nya tak membuat kadar ketampanan lelaki itu berkurang. Raya mendrngus geli, merasa jika fikiran nya terlalu alay.

Jika kalian bertanya mengapa Albirru tak di bawa ke rumah sakit? maka jawaban nya adalah karna Albirru sendiri. Albirru membenci rumah sakit, jika ia dan Gave membenci rumah sakit karna memang tempat itu bukan tempat yang menyenangkan, maka berbeda dengan Albirru, lelaki itu membenci rumah sakit, karna disana ia untuk pertama kali nya merasakan kehilangan yang begitu besar, kehilangan sosok bunda yang hingga saat ini menjadi alasan lelaki itu tak pernah tersenyum.

Maka dari itu Rayyan dan Revan mengusulkan untuk membantu nya membawa lelaki itu ke apartemen Albirru, masalah nya para anggota inti The Phoenix saja tak tau dimana letak apartemen Albirru, lelaki itu terlalu tertutup, namun tidak menutup diri untuk perduli kepada para anggota nya, Albirru justru menjadi seseorang nomor satu yang selalu turun tangan lebih dulu saat anggota nya bermasalah.

Benar benar sosok Leader sejati bagi para anggota nya.

"Gue rasa, lu udah berhasil bikin gue jatuh Bi," gumam nya pelan, bersama dengan bibir lelaki di depan nya yang kini terbuka kecil mengeluarkan erangan.

Raya diam membatu, menantikan kelopak itu terbuka dan menampilkan netra nya yang tersembunyi dari satu jam lalu, dan saat itu benar benar terjadi, Raya tak mampu menahan senyum kecil untuk terpatri di bibir nya.

Albirru menengok ke arah nya, sebelum lelaki itu dengan cepat menegak kan badan dan memejamkan mata karna rasa sakit yang terasa. Tak ada ringisan yang keluar, Albirru terlalu hebat menyembunyikan rasa sakit nya.

Merasa kasihan dengan Albirru, Raya mengambil tindakan, membawa tubuh lelaki itu bersandar pada headboard yang tak di tolak nya sama sekali.

Masih tak ada percakapan, Albirru yang mengalihkan pandangan ke arah jendela dan Raya yang menatap lelaki itu sendu, benar benar lelaki itu, apa ia tak ada niatan untuk membuka obrolan.

Apa Albirru masih marah karna kejadian di parkiran hari itu? jika benar iya, Raya ingin menjelaskan nya sekarang.

"Bi--"

"Pulang Ta." Tak ada panggilan istimewa dari Albirru, pengusiran halus yang membuat Raya membatu dengan bulir yang tiba tiba saja muncul di luar kendali.

Violet Or Feraya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang